MAKALAH
PEMIKIRAN
PENDIDIKAN ISLAM IMAM SYAFI'I
DISUSUN
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Dosen Pengampu: Syamsul Kurniawan, M.SI
Disusun Oleh:
AZLANSYAH
(11511106)
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS
TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PONTIANAK
2015/2016
KATA PENGANTAR
Allhamdulillahhirobbil’alamin
segala puji bagi Allah SWT. Yang telah
memberikan karunia serta berkah kepada penyusun karena telah memberikan
kelancaran sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini.
Tujuan dari
penyusun membuat tugas ini adalah untuk memperluas pengetahuan yang penyusun miliki
dan memberi motivasi bagi penyusun untuk membaca. Adapun kendala-kendala yang penyusun
hadapi yaitu kurangnya materi yang penyusun kumpulkan dan kurangnya referensi
bagi penyusun.
Dalam pembuatan
tugas ini, walaupun dalam bentuk sederhana penyusun berusaha membuat sebaik-baiknya agar dapat di
mengerti dan di pahami sehingga dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan kita
bersama.
Penyusun menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, saran dan keritik
yang membangun dari semua pihak sangat penyusun harapkan. Semoga tugas
ini akan membantu dalam meningkatkan pengetahuan.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN
JUDUL...................................................................................................... i
KATA
PENGANTAR................................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................. 4
A. Latar Belakang Masalah.............................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................... 5
A.
Biografi Imam
Syafi’i.................................................................................. 5
B.
Ilmu menurut
Imam Syafi’i.......................................................................... 7
C.
Tujuan
Pendidikan Islam menurut Imam Syafi’i....................................... 10
D.
Kelebihan
Imam Syafi’i tentang ilmu pengetahuan.................................. 13
BAB III PENUTUP..................................................................................................... 14
A.
Kesimpulan................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................. 15
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Imam As-Syafi’i adalah seseorang yang
jasa-jasanya tidak dapat dilupakan oleh seluruh umat islam. Beliau adalah
penyusun pertama ilmu usūl fiqh. Sebelum kelahiran beliau, ilmu kaidah hukum
islam ini tidak mengenal fungsi serta peran al Qur’an, sunnah dan ijma’ secara
baik, mereka hanya memakainya saja tanpa mengetahui hubungan antar dalil-dalil
tersebut.Meskipun Imam Syafi’i banyak di tentang oleh masyarakat tetapi Imam
Syafi’i tetap tegar dengan pegangannya karena imam syafi’i tidak sembarangan
berpendapat ,kebanyakan Imam Syafi’i mengambil pelajaran dari fakta – fakta
kehidupan , ini membuktikan bahwa pemikiran Imam Syafi’i mengikuti zaman atau perkembangan masa masa yang akan datang
, buktinya dapat kita rasakan sekarang. Inilah salah satu saya sangat ngefans
sama imam syafi’i .
Dalam
perkembangan pemikirannya, Imam As-Syafi’i mempunyai dua pendapat yang berbeda.
Kedua pendapat ini biasa dikenal dengan qaul qadīm dan qaul jadīd. Berbagai
tafsiran muncul berkisar hal ini, ada yang menyelidiki kemungkinan pengaruh
sosio-kultural yang sangat kontras antara Irak dan Mesir sebagaimana nanti akan
diutarakan, dan ada juga yang melihatnya sebagai peristiwa ralat biasa yang
disebabkan penemuan hadith baru yang lebih kuat.Pemikiran imam syafi’i sangat
bermanfaat bagi umat Islam.
Makalah ini
mencoba mendiskusikan pemikiran pendidikan Islam menurut Imam Syafi’i ,apasih
metode metode Imam Syafi’i untuk mengajar kepada murid murid nya sehingga
sangat banyak yang sukses ketika belajar dengan Imam syafi’i dan bagaimana asal
pemikiran pemikiran Imam Syafi’i .Semoga bermanfaat.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Seperti apakah Biografi Imam Syafi’i?
2.
Ilmu menurut
Imam syafi’i?
3.
Seperti apakah pemikiran
pendidikan Imam Syafi’i?
4.
mengetahui Kelebihan
Imam Syafi’i tentang ilmu pengetahuan?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
RIWAYAT
HIDUP IMAM SYAFI’I
1. Putra Kelahiran Palestina
Imam Syafi’i
dilahirkan pada 150 Hijriah ,bertepatan dengan wafatnya Imam Abu Hanifah ,guru
para ahli fikih Irak dan metode qiyas .mayoritas riwayat menyatakan bahwa imam
Syafi’i di lahirkan di Ghaza Palestina ,seperti yang diriwayatkan oleh Hakim
melali Muhammad Ibn Abdilah Ibn Hakam. Ia berkata ‘’Kudengar Syafi’i bertutur
,’Aku dilahirkan di Ghaza ,kemudian ibuku memboyongku ke Asqalan.
2. Nasab yang Mulia
Nama lengkap Imam Syafi’i adalah Abu
Abdillah Muhammad ibn Idris ibn al –Abbas ibn
Utsman ibn Syafi’i ibn al –Sa’ib ibn ‘Ubaid ibn Abd Yazid ibn Hasyim ibn
Muthalib ibn Abdi Manaf .Akar nasab Imam Syafi’i bertemu dengan akar nasab
Nabi Saw ,tepatnya di moyangnya yang bernama Abdi Manaf .
Abdi
Manaf adalah moyang Nabi Saw.Yang memiliki 4 Putra : Hasyim,darinya terlahir Nabi Saw,Muthallib
,dirinya terlahir Imam Syafi’i ,Naufal,Kakek dari Jabir ibn Muth’im ,dan Abd
Syams,Kakek moyang Bani Umayyah .dengan demikian ,nasab keluarga Muhammad Ibn
Idris ibn Abdullah al-Syafi’i bertemu
dengan Nasab Nabi ,tepatnya di Abdi Manaf sebagai Kakek moyang Nabi saw.
Ada
satu syair tentang nasab ini :
“Nasabnya
seakan disinari mentari pagi
dan menjadi tiang bagi lentera
Di dalamnya hanya para pemuka
dan menjadi tiang bagi lentera
Di dalamnya hanya para pemuka
Dan putra para pemuka
Yang
terhormat,mulia,dan bertakwa”
3. Keluarga Arab Murni
Muthallib
ibn Abdi Manaf adalah paman Abdul Muththallib,kakek Nabi saw,ada yang
berpendapat bahwa Abdul Muthallib dipanggil dengan nama ‘’Abd’’ karena ia
dirawat oleh Muthalillib ibn Abdi Mannaf. Pada zaman jahiliyah,seorang anak
yatim di sebut ‘’Abd’’ bagi orang yang merawatnya.
Abdul Muthalllib hidup bersama
pamnnya,Muthallib ,hingga sang paman meninggal dunia .ketika itu Bani Muthallib
merupakan sekutu Bani Hasyim ,baik pada zaman jahiliyah maupun pada zaman
IslamTatkala kaum Quraisy memboikotkeluarga bani Hasyim kerena mereka rela
tinggal di tenda tenda pengungsian dan menerima segala yang dilalukan Bani
Hasyim.Karena itu,Nabi Saw ,menghargainya.
Jabir ibn Muth’im menuturkan” Ketika Rasul
membagikan hasil pampasan perang Khaibar yang menjadi jatah kerabatnya kepada
bani Hasyim dan Bani Abdul Muthallib ,aku ,Utsman menghadap beliau ,Kataku “Wahai Rasullulah
,mereka adalah saudara mu dari bani Hasyim yang keutaaman mereka tak diragukan
,karena Allah telah memilihmu dari kalangan mereka .Akan tetapi, engkau memberi
jatah Abdul Muthallib ,sementara kami kau abaikan .padahal kami dan mereka sama
saja’’.
Mendengar hal ini,beliau menjawab .”Mereka
tidak pernah meninggalkan kami pada masa jahiliyah dan pada masa Islam . Bani
Hasyim dan Bani Muthallib itu sama “ Rasullulah sampai menggempalkan tangannya
.
Semua keluarga Imam Syafi’i dari buyut
sampai ke bapaknya orang orang yang hebat semua .
4. Ibunda Sang Pembimbing
Ibunda
Imam Syafi’i berasal dari Azad ,salah satu kabilah Arab yang masih murni.ia
tidak termasuk kabilah Quraisy,meskipun sekelompok orang fanatik terhadap Imam
Syafi’i mengaku ngaku bahwa ibunda
Syafi’i bersal dari kaum Quraisy Alawi ,pendapat yang benar adalah ia bersal
dari kaum Azad karena riwayat riwayat yang bersumber dari Syafi’i menengaskan
bahwa ibunda bersal dari kaum Azad.para ulama pun sepakat akan keabsahan
riwayat tersebut.
Ibunda Imam Syafi’i sangat berpengaruh
pada Imam Syafi’i karena Ibunda paling lama hidup bersama Imam Syafi’i .banyak
cerita cerita kecerdasan ibunda Imam Syafi’i dan ke alimman sang ibunda .
5.
Hidup Miskin
Syafi’i
terlahir dari seorang bapak keturunan Quraisy bapaknya meninggal dunia saat
Syafi’i masih dalam buaian ibunya.Syafi’i hidup sebagai anak yatim dan miskin
,sementara nasabnya sangat mulia.jika kemiskinan di sandingkan maka orang yang
di bina seperti ini pasti akan baik,kemiskinan yang disetai dengan ketinggian
nasab inilah yang membuat Syafi’i kecil dekat dengan masyarakat dan ikut
merasakan penderitaan mereka .Syafi’i sering berbaur dengan mereka dan
merasakan.
Kehidupan Miskin dan ketinggian nasab di
sertai dengan bimbingan yang lurus membuat seorang selalu mencari nilai nilai
luhur dan mendorang nya untuk dekat dengan orang orang ,merasakan apa yang
mereka rasa ,dan ikut menderita seperti yang mereka derita .bagitulah yang
dialami Imam Syafi’i.
B.
PEMIKIRAN
SYAFI’I TENTANG ILMU
1.
Defenisi Ilmu
menurut Imam Syafi’i
Perlu diketahui bahwa setiap ilmu
yang dipuji oleh dalil-dalil al-Qur’an dan al-hadits maksudnya adalah ilmu
agama, ilmu al-Qur’an dan Sunnah. Biarpun seperti itu, kita tidak mengingkari
ilmu-ilmu dunia seperti kedokteran, arsitektur, pertanian, perekonomian, dan
sebagainya;karna ilmu semacam itu sangat berkaitan dengan ilmu agama, akan
tetapi, ini bukanlah ilmu yang dimaksud dalam dalil-dalil tersebut, dan
hukumnya tergantung pada tujuannya. Apabila ilmu-ilmu dunia tersebut digunakan
dalam ketaatan maka baik, dan bila digunakan dalam kejelekan maka jelek.
Perhatikanlah hal ini baik-baik, semoga Allah menambahkan ilmu bagimu. Allah
berfirman:
“Mereka hanya
mengetahui yang lahir saja dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang
kehidupan akhirat adalah lalai.” (QS. ar-Rum [30]: 7)
Imam Hasan al-Bashri berkata, “Demi
Allah: sampai-sampai salah seorang dari mereka membolik-balikan dirham di atas
kukunya, lalu mengabarkan berat timbangannya kepadamu akan tetapi mereka tidak
becus shalatnya.”
Al-Hafizh Ibnu Rajab al-Hambali
berkata, “Ilmu yang bermanfaat adalah mempelajari al-Qur’an dan Sunnah serta
memahami makna kan-dungan keduanya dengan pemahaman para sahabat, tabi’in, dan
tabi’ut tabi’in. Demikian juga dalam masalah hukum halal dan haram, zuhud, dan
masalah hati, dan sebagainya.”
Al-Hafizh Ibnu Hajar, berkata, “Yang
dimaksud dengan ilmu adalah ilmu syar’i, ilmu yang berfaedah untuk mengetahui
kewajiban seorang hamba berupa perkara agama, baik dalam ibadah maupun
pergaulannya sehari-hari. Ilmu yang berbicara tentang Allah dan
sifat-sifat-Nya, serta apa yang wajib bagi dirinya dalam menjalankan perintah
Allah, menyucikan Allah dari segala kekurangan. Ilmu yang demikian berkisar
pada ilmu tafsir, hadits, dan fiqih.” Inilah juga makna ilmu yang diungkapkan
Imam Syafi’i ketika berkata: Setiap ilmu selain al-Qur’an adalah menyibukkan
Kecuali hadits dan fiqih dalam agama. Ilmu adalah yang terdapat di dalamnya
Haddatsana (hadits) Selain itu adalah waswas setan.
2.
Keutamaan Ilmu Menurut Imam Syafi’i
Keutamaan-keutamaan ilmu agama banyak sekali, di
antaranya adalah apa yang disebutkan oleh Imam Syafi’i bahwa:
a. Ilmu adalah sebab kebaikan di dunia dan akhirat.
Imam Syafi’i berkata: “Barang siapa yang
menghendaki dunia, maka hendaknya dia berilmu. Dan barang siapa yang
menghendaki akhirat, maka hendaknya dia berilmu. Dan barang siapa yang
menghendaki dunia akhirat, maka hendaknya dia berilmu.” Dalil yang
menguatkan hal ini adalah sabda Nabi: “Barang siapa yang Allah kehendaki
kebaikan maka Allah akan faqihkan ia dalam agama-Nya.”
b. Ilmu sebagai
benteng dari syubhat dan fitnah.
Imam Syafi’i berkata: “Seandainya bukan karena
tinta (ilmu), niscaya orang-orang zindiq akan berkhotbah di mimbar-mimbar.”
Dengan ilmu kita dapat menjaga diri kita dari berbagai syubhat yang menyerang.
Dengan ilmu juga kita dapat membantah argumen orang-orang yang ingin merusak
agama.
c. Ilmu adalah amalan yang paling utama.
Imam Syafi’i berkata: “Tidak ada satu pun yang
lebih utama setelah menunaikan kewajiban selain menuntut ilmu.” Dengan ilmu
kita mengetahui yang benar dan yang salah, dengan ilmu kita bisa beribadah yang
benar sehingga akan mengantarkan kita kepada surga Allah. Dari sinilah kita
dapat memahami hadits Nabi: “Barang siapa yang menempuh perjalanan untuk
mencari ilmu maka akan Allah mudahkan jalannya menuju surga.”
Salah satunya yang menjadi motivasi saya ,nasihatnya
yang muda harus belajar di antara hikmah
yang di ajarkan Syafi’i kepada murid muridnya dan para penuntut ilmu .Syafi’i
menjelaskan syair di bawah ini : Artinya :
“Bersabarlah
menghadapi sikap keras seorang guru
Karena kegagalan ilmu di sebabkan oleh
ketidaksabran
Murid dalam menhadapinya.
Siapa yang tidak merasakan pahitnya belajar
satu saat saja
Niscaya ia
akan menderita sepanjang hidupnya karena ke bodohan
Siapa yang
tidak belajar pada masa mudanya
Maka
dirikanlah shalat 4 takbir atas kematiannya
Demi Allah
,hidup seorang pemuda dengan ilmu dan ketakwaan ,jika keduanya tidak ada maka
pribadinya tak bernilai “
d. Menuntut
ilmu lebih utama daripada ibadah sunnah.
Imam Syafi’i’ berkata: “Menuntut ilmu lebih utama
daripada shalat sunnah”. Dalil yang menguatkan hal ini adalah sabda Nabi “Orang
yang berilmu, ia akan dimintakan ampun oleh penghuni langit dan bumf hingga
ikan yang ada di dalam air. Keutamaan orang yang berilmu dibandingkan dengan
ahli ibadah bagaikan bulan di malam purnama atas seluruh bintang.”
3.
Semangat Imam Syafi’i dalam Menuntut Ilmu
Imam Syafi’i adalah seorang ulama yang sangat bersemangat
dalam menuntut ilmu.bayangkan ,sudah berapa kali berpindah –pindah kota hanya
untuk mencari ilmu, tak kenal lelah . Tak mengherankan bila kemudian beliau
berhasil tentunya dengan rahmat Allah menjadi seorang tokoh ulama yang harum
namanya dikenal dunia dan oleh generasi sekarang. Al-Humaidi menceritakan bahwa
dirinya tat-kala di Mesir pernah keluar pada suatu malam, ternyata lampu rumah
Syafi’i masih menyala. Tatkala dia naik ternyata dia mendapati kertas dan alat
tulis. Dia berkata, “Apa semua ini wahai Abu Abdillah (Syafi’i)?” Beliau
menjawab, “Saya teringat tentang makna suatu hadits dan saya khawatir akan
hilang dariku, maka saya pun segera menyalakan lampu dan menulisnya.”
Termasuk bukti semangat Imam Syafi’i dalam menuntut
ilmu adalah ucapan beliau kepada Imam Ahmad bin Hambal: “Engkau lebih tahu
tentang hadits-hadits shahih daripada diriku. Apabila ada hadits shahih maka
beritahukanlah padaku sehingga aku akan mendatanginya baik Kufah, Bashrah, atau
Syam.” Dalam ucapan beliau ini terdapat beberapa faedah:
a. Semangat beliau dalam menuntut ilmu sehingga beliau siap untuk melakukan
perjalanan jauh guna mencari hadits, karena memang hal itu adalah sunnah kaum
salaf.
b. Tawadhu’nya
Imam Syafi’i, sehingga beliau mau belajar dan menuntut ilmu sekalipun kepada
orang yang lebih muda darinya.
c. Keyakinan Imam Syafi’i bahwa setiap bidang itu harus diserahkan kepada ahli
di bidangnya.ini jelas sifat sifat nya Rasullulah.
4.
Kunci-Kunci Ilmu Menurut Imam
Syafi’i
Imam Syafi’i berkata: “Maka hendaknya bagi para
penuntut ilmu untuk:
a. Mencurahkan tenaganya dalam memperbanyak ilmu,jangan pernah menyerah
dengan menuntut ilmu walaupun
banyak menguras tenaga
b. Bersabar
menghadapi tantangan dalam menuntut ilmu
c. Mengikhlaskan niat karena Allah untuk menggapai ilmunya secara nash ataupun
istinbath (menggali hukum)
d. Berdo’a
mengharapkan pertolongan Allah, karena tidak mungkin meraih kebaikan kecuali
dengan pertolongan-Nya.”
Imam Syafi’i sangat menekankan ilmu dengar dan
perbuatan. Itulah kunci-kunci dalam menuntut ilmu menurut As-Syafi’i.\
C. PEMIKIRAN IMAM SYAFI’I TENTANG
PENDIDIKAN ISLAM
1.Tujuan
pendidikan Islam
Dilihat dari segi kebahasaan ,kata
tujuan berakar dari kata dasar “tuju”yang berarti arah atau jurusan .dalam
bahasa arab ,istilah tujuan dinyatakan dengan ghayat,andaf,atau masaqid.sementara dalam bahasa Inggris ,istilah
tujuan dinyataakan dengan goal,purpose,objective
,atau aim (Ramayulis dan Nizar 2009 ).
Tujuan berarti maksud atau sasaran
,atau dapat juga berarti sesuatu yang hendak dicapai (purwanto,1998 :18
).sementara pengertian tujuan secara istilah adalah batas akhir yang di cita
citakan seseorang dan di jadikan pusat perhatian nya untuk dicapai melalui
usaha (Ali,1999:51).
Pengertian tujuan pendidikan secara
lebih luas dikemukakan oleh Al- Syaibany.menurut al –Syaibany (1979 : 39 )
,yang dimaksud dengan tujuan pendidikan adalah perubahan yang diinginkan yang
di usahakan oleh proses pendidikan ,baik pada tingkah laku individu yang pada
kehidupannya ,atau pada kehidupan masyarakat dan alam sekitar tempat individu
itu hidup atau pada proses pendidikan dan pelajaran ,sebagai suatu aktivitas
asasi dan sebagai profesi di antara profesi profesi asasi dalam masyarakat.
2.
Pemikiran pendidikan islam menurut imam syafi’i
Imam Syafi’i adalah seorang ulama yang sangat
bersemangat dalam menuntut ilmu. Tak mengherankan bila kemudian beliau berhasil
tentunya dengan rahmat Allah menjadi seorang tokoh ulama yang harum namanya
dikenal dunia dan oleh generasi selanjutnya. Al-Humaidi menceritakan bahwa
dirinya tat-kala di Mesir pernah keluar pada suatu malam, ternyata lampu rumah
Syafi’i masih menyala. Tatkala dia naik ternyata dia mendapati kertas dan alat
tulis. Dia berkata, “Apa semua ini wahai Abu Abdillah (Syafi’i)?” Beliau
menjawab, “Saya teringat tentang makna suatu hadits dan saya khawatir akan
hilang dariku, maka saya pun segera menyalakan lampu dan menulisnya.”
beliau mendefinisikan ilmu sebagai Setiap ilmu selain
al-Qur’an adalah menyibukkan Kecuali hadits dan fiqih dalam agama. Ilmu adalah
yang terdapat di dalamnya Haddatsana (hadits) Selain itu adalah waswas setan.
Hal ini sejajar dengan argumentasi daari Al-Hafizh
Ibnu Hajar, berkata, “Yang dimaksud dengan ilmu adalah ilmu syar’i, ilmu yang
berfaedah untuk mengetahui kewajiban seorang hamba berupa perkara agama, baik
dalam ibadah maupun pergaulannya sehari-hari. Ilmu yang berbicara tentang Allah
dan sifat-sifat-Nya, serta apa yang wajib bagi dirinya dalam menjalankan
perintah Allah, menyucikan Allah dari segala kekurangan. Ilmu yang demikian
berkisar pada ilmu tafsir, hadits, dan fiqih.”
Ilmu memiliki peran penting dalam dunia pendidikan,
hal ini dikarenakan salah satu cara untuk mendapatkan ilmu adalah dengan
melalui dunia pendidikan.akan tetapi tidaklah semua ilmu harus di dapatkan
melalui lembaga pendidikan.
Imam syafi’i sangat memberikan kontribusi yang sangat
besar akan hal ini karena baginya ilmu adalah sebab dari kebahagiian didunia
maupun di akhirat hal ini senaada dengan perkataannya “Barang siapa yang
menghendaki dunia, maka hendaknya dia berilmu. Dan barang siapa yang
menghendaki akhirat, maka hendaknya dia berilmu. Dan barang siapa yang menghendaki
dunia akhirat, maka hendaknya dia berilmu.” Hal ini dikuatkan dengan sabda nabi
muhammad saw. ““Barang siapa yang Allah kehendaki kebaikan maka Allah akan
faqihkan ia dalam agama-Nya.”
Berdasarkan
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa imam syafi’i sangat mendukung dunia
pendidikan, pendidikan baginya bukan hanya sebagai wadah untuk mencari ilmu
melainkan sebuah jalan menuju kebahagian sejati karena dalam proses pendidikan yang mana hal itu dilakukan
untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat, dalam kata lain ilmu akhirat.
Selain itu beliau juga menempatkan bahwa kedudukan
menunut ilmu (proses pendidikan) lebih tinggi di bandingkan ibadah sunnah. Imam
Syafi’i’ berkata: “Menuntut ilmu lebih utama daripada shalat sunnah”. Dalil
yang menguatkan hal ini adalah sabda Nabi “Orang yang berilmu, ia akan
dimintakan ampun oleh penghuni langit dan bumf hingga ikan yang ada di dalam
air. Keutamaan orang yang berilmu dibandingkan dengan ahli ibadah bagaikan
bulan di malam purnama atas seluruh bintang.”
Saking pedulinya beliau terhadap dunia pendidikan
beliau telah mencetuskan beberrapa pemikiran tentang aspek keilmuan
dianatarnya:
·
Pemikiran As-Syafi’i Tentang Fiqih
Imam
syafi’i mencetuskan pemikiran barunya tentang fiqih pertama kali pada tahun 184
H,yang mana pada saat sebelumnya beliau masih mengikuti mazhab imam Maliki.
Pada saat
beliau kembali dari baghdad sekitar beberapa tahun lamanya masa ini dapat
dikatakan sebagai masa keemasan kehidupan intelektual beliau. Yang mana beliau
telah banyak melakukan perjalanan sehingga menyelami pemikran-pemikiran para
ulama dimasanya, bahkan beliau lebih banyak menegetahui hadits dibanding
penduduk lokal yang hanya berdiam diri saja.
Argumentasi
beliau didasarkan pada kuat lemahnya sanad atauu karena beberapa keberlakuan
hadits dihapus oleh hadits lain,. Beliau juga mempelajari berbagai argumentasi
hukum yang terdpat di dalam Al qur’an .
Dapat
dikatakan bahwa pemkiran beliau padamasa keberadaanya dimekah ini lebih
terfokus pada permasalahan fiqih yang bersifta universal dari pada yang
bersifat parsial.
Menurut Imam
Syafi’i, rujukan pokok adalah al-Quran dan Sunnah. Apabila suatu persoalan
tidak diatur da¬lam al-Quran dan Sunnah, hukum persoalan tersebut ditentukan
de¬ngan qiyās. Sunnah digunakan apabila sanadnya shahih. Ijma' lebih diutamakan
atas khabar mufrad. Makna yang diambil dari hadith ada¬lah makna zhahir;
apabila suatu lafad ihtimal(mengandung makna lain), maka makna zhahir lebih
diutamakan.
Ketika di
mesir beliuau menemukan permasalahan-permasalahan baru yang belum pernah beliau
temukan sebelumnya. Disana beliau menemukan perradaban, adat istiadat, serta
peningglan intelektual para tabi’in. Kondisi ini membuat beliau mengkaji
kembali pendapat-pendapat beliausebelumnya. Perubahan pendapat sang imam ini
didasarkan pada pengalaman, usia serta adat istiadat daerah-daerah yang pernah
dikunjungi.
Di mesir ini
pula beliau menulis kembalibukunya ar risalah yang berkenaan dengan ushul fiqih
dengan memberikan berbagai penambahan dan pengurangan, namun tetap memelihara
inti kandungan ar risalah yang lama.
·
Pendapat Imam Syafi’I seputar ilmu
Kalam
Banyak pakar yang telah melakukan kajian dan
pembahasan mengenai pemikiran Imam Syafi’i ra dalam permasalahan kepemimpinan
Islam (imamah).
Sebagaimana
para Fuqaha dan Ulama hadits di masa beliau yang mana kurang menyukai ilmu
kalam, belau juga mempunyai pemkiran yang sama. Ketidaksenangan mreka terhadap
disiplin ilmu kalam karena pencetusnya adalah Mu’tazilah. Sebenarnya bukan
karena Mu’tazilannya melainkan mengarah pada metode yang digunakan oleh
kalangan Mu’tazilah dalam memahami akidah yang berseberanga dengan metode ulama
salaf. Selama permaslahannya berhunbungan dengan akidah, Imam Syafi’I
sebagaimana para Fuqaha dan ulama hadits lebih memilih untuk mengikuti apa yang
telah dianut oleh para ulama terdahulu dari pada menggunakan metode baru
meskipun hanya dalam hal metode.
Beliau
pernah berkata “Berhati-hatilah kalian terhadap ilmu kalam. Jika seseorang
ditanya tentang permasalahan fiqih dan ia salah dalam memberikan jawaban, maka
ia hanya akan ditertawakan. Misalkan ia ditanya tentang hokum seorang laki-laki
yang membunuh orang lain, kemudian ia menjawab ‘ Hukumnya adalah membayar dengan
sebutir telur’. Hal ini berbeda dengan jika ditanya tentang permasalahan
seputar ilmu kalam, kemudian salah dalam memberikan jawaban. Disaat ia
memberikan jawaban yang salah, maka ia akan disebut sebagai ahli Bid’ah.
Ketidak
sukaan beliau terhadap ilm kalam ini bukan menandakan bahwa beliau tidak
mengerti dan tidak memiliki pemahaman yang mendalam tentang ilmu kalam,
melainkan beliau memiliki kecapan yang hebat tentang ini.
Imam Al
Muzni meriwayatkan “Kami sedang berada di depan pintu rumah Imam Syafi’I rad an
sata itu kami sedang berdiskusi tantang ilmu kalam. Kemudian beliau keluar dari
dalam menghampiri kami. Ketika sang Imam mendengar apa yang sedang kami
perbincangkan, beliau kembali lagi kedalam. Setelah itu, beliau keluar lagi dan
berkata “ Tidak ada yang menahan saya untuk keluar menemui kalian kecali saya
endengar kalian semua memperbincangkan ilmu kalam. Apakah kalian menynagka
bahwa saya tidak mempunyai pengetahuan tentang ilmu tersebut? Sungguh saya
pernah mendalaminya sampai menguasai dengan baik disiplin ilmu tersebut. Akan
tetapi Ilmu Kalam tidak mempunyai titik akhir. Oleh karena itu, hendaklah
kalian mendalami ilmu yang jika kalian salah, kalian hanya akan dikatan telah
berbuat salah dan tidak dikatakan bahwa kalian telah kafir.”
Pernah juga tatkala Imam Syafi’i di
tanya orang :”Bagaimana hematnya tentang ilmu pengetahuan ?”Jawab beliau :
“seperti hemat si bakhil mengumpulkan
harta benda .”kemudian orang itu bertanya lagi kepada beliau:”Bagaimana
engkau dapat menuntut ilmu pengetahuan ? “bagaikan seorang perempuan yang
mencari anak lelakinya yang hilang, padahal anak yang tunggal.”
Perkataan ini berarti bahwa : orang
dapat mempunyai ilmu pengetahuan,apabila ia telah menghematnya dengan sebenar
sebebarnya ,sebagaimana hemat si bakhil terhadap harta benda nya,ia selalu
menyimpan dan mengumpulkan nya dengan sesungguhnya,selanjutnya orang akan
mempunyai ilmu pengetahuan,apabila ia telah menuntutnya dengan sebenar
benarnya,bagaikan orang perempuan yang kehilangan anak lelakinya yang tunggal,ia
senentiasa mencarinya di mana mana tempat yang disangkanya anak itu ada ,jadi
mencarinya dengan sungguh sungguh.
D. Kelebihan Imam Syafi’i tentang ilmu pengetahuan
Dimuka telah di uaraikan agak cukup
tentang Ilmu pengetahuan yang telah di capai dan didapat oleh yang mulia Imam
Syafi’i.maka untuk membuktikan lebih jauh sampai di mana kebenaran yang telah
di uraikan di muka itu, dan untuk membuktikan sampai di mana kebesaran Imam
besar itu ,bagi kita cukup lah memperhatikan pernytaan dan pengakuan para alim
ulama besar yang bergaul dan bersahabat erat dengan beliau.
·
Imam
Malik bin Anas ,seorang alim besar bekas Imam Syafi’i sendiri pernah manyatakan
: “ Tidaklah datang kepada seseorang dari bangsa Quraisy yang keadaan nya lebih
pandai daripada ini “.Yakni : Imam Muhammad bin Idris Asy – Syafi’iy
·
Imam
Yunus bin Abdul A’la berkata “ Adalah Imam Syafi’i itu jika menjelaskan tafsir
Al Qur’an seakan akan beliau menyaksikan turunnya”.
·
Imam
Ahmad bin Muhammad bin Bintisy Syafi’iy berkata
:”Adalah lingkaran majlis fatwa (kedudukan mufti ) di Mekkah yang ada di
masjidil haram itu pada masa sesudah Ibnu Abbas lalu di ganti oleh Immam Atha’
bin Abi Rabah :Sesudah beliau ini wafat lalu di ganti Imam Abdul Malik bin
juraij : seseudah beliau wafat lalu di ganti Imam muslim bin Khalid :Sesudah
beliau ini wafat lalu di ganti oleh Sa’id bin Salim : dengan sesudah beliau ini
wafat lalu di gantioleh Imam Muhammad bin Idris Asy Syafi’iy ,sedangkan keadaan
beliau di kala itu masih muda.”
·
Ma’mar
bin Syu’aib berkata, “Aku mendengar Amirul Mukminin Al-Makmun bertanya kepada
Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i, ia berkata, ‘Wahai Muhammad, apa illat-nya
Allah menciptakan lalat?’”
Mendengar pertanyaan itu, Imam
Asy-Syafi’i terdiam sesaat, lalu dia menjawab, ‘Wahai Amirul Mukminin, lalat
itu diciptakan untuk menghinakan para raja.’
Dengan seketika, Al-Makmun tertawa
terbahak-bahak. Lalu ia berkata, ‘Wahai Muhammad, aku telah melihat lalat jatuh
ketika ada di pipiku.’ Sehingga Imam Asy-Syafi’i membalasnya dengan berkata,
‘Benar tuanku. Sebenarnya ketika tuanku menanyakan hal tersebut kepadaku, aku
tidak mempunyai jawabannya. Ketika aku melihat lalat itu jatuh tanpa ada suatu
sebab dari pipi tuanku tersebut, maka aku baru menemukan jawabannya.’”
Kemudian Al-Makmun berkata, ‘Wahai
Muhammad, segalanya adalah kekuasaan Allah.’”
Masih banyak
lagi pernyataan pernytaan dari para para ulama ,dengan pernyataan dan pengakuan
pengakuan para ulama besar seperti yang tertera di atas jelaslah bagi kita
tentang kelebihan Imam Syafi’i tentang ilmu pengetahuan dan kebesaran.pernytaan
pernyataan para ulama besar sebagai yang tertera di atas itu adalah menunjukkan
,bahwa yang mulia Imam Syafi’i ini seorang alim besar ahli Al Qur’an ,ahli
hadits, ahli tarikh,ahli fiqih dan usulnya,ahli lughat,dan sasteranya,ahli
syi’ir,ahli fikir ,ahli hikmat ahli bahats dan ahli ilmu jiwa.dan pernytaan
pernyataan sebagai yang tertera di atas itu di keluarkan oleh para alim ulama’
yang mempunyai keahlian ,dan para ulama yang benar benar ulama,bukan ulama eresmi
dari satu pemerintahan atau kerajaan ,dan bukan ulama yang gila hormat dan
mabuk pangkat.
BAB III
KESIMPULAN
Imam
Syafi’i dilahirkan pada 150 Hijriah ,bertepatan dengan wafatnya Imam Abu
Hanifah ,guru para ahli fikih Irak dan metode qiyas .mayoritas riwayat
menyatakan bahwa imam Syafi’i di lahirkan di Ghaza Palestina. Nama lengkap
Imam Syafi’i adalah Abu Abdillah Muhammad ibn Idris ibn al –Abbas ibn Utsman ibn Syafi’i ibn al –Sa’ib ibn ‘Ubaid
ibn Abd Yazid ibn Hasyim ibn Muthalib
ibn Abdi Manaf .Akar nasab Imam
Syafi’i bertemu dengan akar nasab Nabi Saw ,tepatnya di moyangnya yang bernama
Abdi Manaf .
Muthallib ibn Abdi Manaf adalah paman
Abdul Muththallib,kakek Nabi saw,ada yang berpendapat bahwa Abdul Muthallib
dipanggil dengan nama ‘’Abd’’ karena ia dirawat oleh Muthalillib ibn Abdi
Mannaf. Pada zaman jahiliyah,seorang anak yatim di sebut ‘’Abd’’ bagi orang
yang merawatnya.
Ibunda Imam Syafi’i berasal dari Azad
Imam
Syafi’i sangat begitu cinta dengan ilmu sehingga hidupnya di banyak belajar,banyak
motivasi yang di faktorkan oleh imam syafi’i .sehingga semangat dalam menuntut
ilmu.
Salah
satunya pendidikan islam bagi imam syafi’i sangat penting bagi kehidupan dunia
kaherat.yang dapat mengantar kan ke akherat .maka Imam Syafi’i berpendapat
demikian.
Dan
berkat motivasi belajar yang sangat tinggi imam syafi’i selalu yang
terbaik,bayangkan sudah hafal Al Quran saat berumur 7 tahun,sungguh luar
biasa.dan selalu di puji oleh ulama ulama yang benar benar ulama bukan ulama
yang gila hormat.di sini peran ibu juga mendidik imam syafi’i dengan baik
sehingga menciptakan ahlak yang baik dan semngat belajar yang baik.
DAFTAR PUSTAKA.
K.H. Moenawar Chalil,Biografi empat
serangkai imam mazhab,jakarta ;bulan bintang ,1955
Dr.Tariq Suwaidan,Biografi Imam
Syafi’i,jakarta ;zaman,2015
Muhammad Abu Zahrah,Imam Syafi’i,Jakarta
;Lentera,2007
Syamsul Kurniawan,S.TH.I.,M.S.I,Ilmu
Pendidikan Islam,Yogyakarta;Ombak,2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
MOHON COMMENT NYA :)
ATAU LIKE NYA (Y) TERIMA KASIH