Teknik Dan Instrumen Asesmen Ranah Keterampilan: Teknik Tes di MI

Teknik Dan Instrumen Asesmen Ranah Keterampilan: Teknik Tes di MI

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Individu

Mata Kuliah : Pengembangan Assesmen Pembelajaran di MI

Dosen Pengampu : Dr. Subiyantoro, M.Pd.

 

 

 


 

 

 

 

Disusun Oleh :

Nama : Azlansyah  (1921920408204)

Semester 1/S2 PGMI A2

 

MAGISTER PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDA’IYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

2020

 

 

 

Disusun Oleh: Azlansyah[1]

aan.azlansyah@gmail.com

Program S2 Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)

FITK-UIN SUNAN KALIJAGA, YOGYAKARTA

 

ABSTRAK

 

penilaian  merupakan  proses  yang  sangat  penting  dalam  pembelajaran.  Instrumen penilaian  yang  memenuhi  standar,  secara  tepat  akan  mengukur  hasil  akhir  dari  suatu  proses pembelajaran,  sehingga  hasil  belajar  siswa  akan  terdeteksi  dengan  baik  dan  dapat  dijadikan bahan  evaluasi  untuk  program  pembelajaran  selanjutnya.  Mata  pelajaran  MI/SD  yang mengutamakan  ranah  keterampilan  dalam  pembelajarannya  seringkali  mengabaikan  ranah pengetahuan.  Instrumen  penilaian  untuk  mengukur  ranah  pengetahuan  siswa  disusun  harus memenuhi kriteria instrumen penilaian yang baik sehingga, hasil belajar siswa dapat terdeteksi dengan baik.

Kata kunci: instrumen, penilaian, pengetahuan, MI/SD

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

A.    PENDAHULUAN

Pendidikan di Indonesia sudah memulai dengan menerapkan Kurikulum 13 terutama di Sekolah Dasar (SD/MI). dengan adanya kurikulum tersebut akan menghasilkan  manusia yang produktif, kreatif, inovatif, afektif melalui penguatan sikap, keterampilan dan pengetahuan yang terintegrasi. Untuk itu, pada pelaksanaanya tersebut, digunakan penilaian yang Autentik (Autentic Assesment) di dalam proses pembelajaran yang gunakanya untuk melihat kemampuan yang dimiliki siswa dalam proses pembelajaran.  [2]

Autentic yang berupa penlaian merupakan salah satu komponen penting dalam dalam proses pembelajaran. Hasil penilaian tersebut dapat dijadikan sebagai tolak ukur untuk melihat kemampuan yang dimiliki siswa dan mengukur sejauh mana tujuan pembelajaran telah dicapai selama proses pembelajaran. [3] Dalam hal ini penilaian autentik melibatkan peserta didik karena peserta didik memiliki peranan yang sangat penting. Asumsinya, peserta didik dapat melakukan aktivitas belajar lebih baik ketika mereka mengetahui apa saja dan bagaimana mereka akan dinilai. Pada penilaian autentik guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan. [4]

Oleh karena itu, makalah ini bertujuan untuk untuk mengetahui kemampuan siswa dalam belajar dengan menggunakan mini riset di SD 04 dengan menggunakan penilaian keterampilan pada mata pelajaran Tematik kelas 4 SD 04 Pontianak

B.     RUMUSAN MASALAH

Pembahasan dalam masalah ini, di dalamnya memuat tentang :

1.      Apa saja aspek-aspek ranah kognitif ?

2.      Apa itu penilaian Keterampilan ?

3.      Apa Teknik dan Instrumen Penilaian keterampilann ?

4.      Bagaimana Pelaksanaan Penilaian Keterampilan di SD 04 Pontianak ?

 

C.    METODOLOGI

Objek kajian makalah ini penulis fokuskan aspek yaitu : Tentang Assesmen Pengetahaun di Sekolah SD 04 Pontianak. Jenis penelitian ini adalah wawancara guru kelas, meminta data nilai yang sudah ada diguru kelas, dokumentasi. Kemudian penulis gunakan rujukan berupa buku dan jurnal sebagai bahan pembahasan teori. Penulis memilih karya-karya tersebut sebagai sumber primer karena memuat banyak hal yang berkaitan dengan tema makalah yang penulis angkat. Adapun sumber sekunder yang penulis gunakan adalah berupa beberapa buku dan jurnal sebagai bahan teori yang sesuai dengan pembahasan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

D.    PEMBAHASAN TEORI

1.      Aspek-aspek Ranah Kognitif

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan/ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.

Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Ranah kognitif ini menekankan pada pengembangan kemampuan dan keterampilan intelektual. Dalam paradigma lama, penilaian pembelajaran lebih ditekankan pada hasil (produk) dan cenderung hanya menilai kemampuan aspek kognitif, yang kadang-kadang direduksi sedemikian rupa melalui bentuk tes obyektif. Sementara, penilaian dalam aspek afektif dan psikomotorik kerapkali diabaikan. Secara detail aspek-aspek pada ranah kognitif adalah sebagai berikut:

a.    Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge)

Adalah kemampuan seseorang untuk mengingatingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, rumus-rumus, konsep, fakta dan sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya. Kata-kata kerja operasional yang digunakan, yaitu: mendefinisikan, mendiskripsikan, mengidentifikasikan, mendaftarkan, menjodohkan, menyebutkan, menyatakan dan memproduksi. Pengetahuan atau ingatan merupakan proses berfikir yang paling rendah.

b.   Pemahaman (comprehension)

Adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Kemampuan ini menuntut siswa memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa harus menghubungkannya dengan hal-hal lain. Kemampuan ini dijabarkan menjadi tiga, yakni: (a) menterjemahkan, (b) menginterpretasikan, (c) mengeekstrapolasi. Seseorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan katakatanya sendiri.

Kata-kata operasional yang digunakan, yaitu: memperkirakan, menduga, menyimpulkan, membedakan, menentukan, mengisi, memperhitungkan dan menarik kesimpulan.Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berfikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan atau hafalan.

c.    Penerapan (application)

Adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teoriteori dan sebagainya, dalam situasi yang baru dan kongkret. Kata-kata operasional yang digunakan: mengubah, menghitung, mendemostrasikan, menemukan, memanipulasikan, menghubungkan, menunjukkan, memecahkan dan menggunakan. Penerapan ini adalah merupakan proses berfikir setingkat lebih tinggi ketimbang pemahaman.

d.    Analisis (analysis)

Adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagianbagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya. Analisis diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu: (a) analisis unsur, (b) analisis hubungan, (c) analisis prinsip-prinsip yang terorganisasi.

        Kata-kata operasional yang digunakan: memperinci, mengilustrasikan, menyimpulkan, menghubungkan, memilih dan memisahkan.Jenjang analisis adalah setingkat lebih tinggi ketimbang jenjang aplikasi. Contoh kegiatan belajar: merumuskan masalah, membuat grafik, mengkaji ulang, mengidentifikasi faktor penyebab.

e.       Sintesis

Adalah kemampuan berfikir yang merupakan kebalikan dari proses berfikir analisis. Sisntesis merupakan suatu proses yang memadukan bagianbagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga menjelma menjadi suatu pola yang yang berstruktur atau bebrbentuk pola baru.

Kata operasional yang digunakan: menkatagorikan, memodifikasikan, merekonstruksikan, mengorganisasikan, menyusun, membuat design, menciptakan, menuliskan, dan menceritakan.Jenjang sintesis kedudukannya setingkat lebih tinggi daripada jenjang analisis.

f.       Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation)

Adalah merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah kognitif dalam taksonomi Bloom. Penilian/evaluasi disini merupakan kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu kondisi, nilai atau ide, misalkan jika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang terbaik sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria yang ada.

Mengadakan evaluasi dalam pengukuran aspek kognitif ini tidak sama dengan mengevaluasi dalam pengukuran aspek afektif. Mengevaluasi dalam pengukuran aspek afektif menyangkut masalah “benar/salah” yang didasarkan atas dalil, hukum, prinsip pengetahuan, sedangkan mengevaluasi dalam aspek afektif menyangkut masalah “baik/buruk” berdasarkan nilai atau norma yang diakui oleh subjek yang bersangkutan.Kata-kata operasional yang digunakan: menafsirkan, menentukan, menduga, mempertimbangkan, membenarkan dan mengkritik.

  1. Pengertian Penilaian Keterampilan

Penilaian keterampilan dilakukan dengan mengidentifikasi karateristik kompetensi dasar aspek keterampilan untuk menentukan teknik penilaian yang sesuai. Tidak semua kompetensi dasar dapat diukur dengan penilaian kinerja, penilaian proyek, atau portofolio. Penentuan teknik penilaian didasarkan pada karakteristik kompetensi keterampilan yang hendak diukur. Penilaian keterampilan dimaksudkan untuk mengetahui penguasaan pengetahuan peserta didik dapat digunakan untuk mengenal dan menyelesaikan masalah dalam kehidupan sesungguhnya (dunia nyata). Penilaian keterampilan menggunakan angka dengan rentangskor 0 sampai dengan 100 dan deskripsi.Teknik penilaian yang digunakan sebagai berikut.

a.       Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja merupakan penilaian yang meminta peserta didik untuk melakukan suatu tugas pada situasi yang sesungguhnya dengan mengaplikasikan atau mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan. Pada penilaian kinerja, penekanan penilaiannya dapat dilakukan pada proses atau produk. Penilaian kinerja yang menekankan pada produk disebut penilaian produk, sedangkan penilaian kinerja yang menekankan pada proses disebut penilaian praktik (praktik).Penilaian praktik, misalnya; memainkan alat musik, melakukan pengamatan suatu obyek dengan menggunakan mikroskop, menyanyi, bermain peran, menari, dan sebagainya. Penilaian produk, misalnya: poster, kerajinan, puisi, dan sebagainya.

Langkah penilaian kinerja mencakup tiga tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan pengolahan. Dalam perencanaan perlu diperhatikan keterampilan yang akan diukur, kesesuaian dengan kemampuan siswa, kegiatan yang dilakukan, dan dapat dikerjakan peserta didik.Dalam pelaksanaan kinerja perlu menyiapkan rubrik yang dituangkan dalam format observasi.

b.      Penilaian Proyek

Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, penyajian data, dan pelaporan. Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan pengumpulan data, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan inovasi dan kreativitas serta kemampuan menginformasikan peserta didik pada muatan tertentu secara jelas. Pada penilaian proyek setidaknya ada 4 (empat) hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu sebagai berikut:

1)      Kemampuan pengelolaan

Kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi, mengelola waktu pengumpulan data, dan penulisan laporan yang dilaksanakan secara kelompok.

2)      Relevansi

Kesesuaian tugas proyek dengan muatan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran.

3)      Keaslian

Proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya, dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan terhadap proyek peserta didik.

4)      Inovasi dan kreativitas

Hasil penilaian proyek yang dilakukan peserta didik terdapat unsur-unsur kebaruan dan menemukan sesuatu yang berbeda dari biasanya.

c.       Penilaian Portofolio

      Portofolio dapat berupa kumpulan dokumen dan teknik penilaian. Portofolio sebagai dokumen merupakan kumpulan dokumen yang berisi hasil penilaian prestasi belajar, penghargaan, karya peserta didik dalam bidang tertentu yang bersifat reflektif-integratifdalam kurun waktu tertentu. Pada akhir periode,portofolio tersebut diserahkan kepada gurupada kelas berikutnya dan orang tua sebagai bukti otentik perkembangan peserta didik.[5]

      Portofolio sebagai teknik penilaian dilakukan untuk menilai karya-karya peserta didik dan mengetahui perkembangan pengetahuan dan keterampilan peserta didik. Akhir suatu periode hasil karya tersebut dikumpulkan dan dinilai oleh gurubersama-sama dengan peserta didik. Berkaitan dengan tujuan penilaian portofolio, tiap item dalam portofolio harus memiliki suatu nilai atau kegunaan bagi peserta didik dan bagi orang yang mengamatinya. Guru dan peserta didik harus sama-sama memahami maksud, mengapa suatu item (dokumen) dimasukkan ke koleksi portofolio. Selain itu, sangat diperlukan komentar dan refleksi dari guru atas karya yang dikoleksi.

      Berdasarkan informasi perkembangan kemampuan peserta didik yang dibuat oleh guru bersama peserta didik yang bersangkutan, dapat dilakukan perbaikan secara terus menerus. Dengan demikian portofolio dapat memperlihatkan perkembangan kemajuan belajar peserta didik melalui karyanya. Adapun karya peserta didik yang dapat dijadikan dokumen portofolio, antara lain: karangan, puisi, surat, gambar/lukisan, dan komposisi musik.

      Di dalam Kurikulum 2013, dokumen portofolio dapat dipergunakan sebagai salah satu bahan penilaian untuk kompetensi keterampilan. Hasil penilaian portofolio bersama dengan penilaian yang lain dipertimbangkan untuk pengisian rapor peserta didik/laporan penilaian kompetensi peserta didik.Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik oleh peserta didik.

3.      Tehnik Penilaian Keterampilan

Penilaian keterampilan dapat dilakukan dengan cara-cara seperti (1) penilian unjuk kerja, yaitu penilaian untuk mengamati kegiatan siswa dalam menerapkan  sesuatu  yang  dapat  diamati,  seperti  unjuk  kerja  dalam melaksanakan  shalat, membaca  puisi,  membaca  surat-surat  pendek,  praktik olahraga, berpidato dan lain sebagainya. (2) penilaian proyek, yaitu penilaian yang  diberikan  kepada  siswa  dalam  melaksanakan  tugas  dalam  waktu tertentu, untuk mengukur pemahaman siswa dalam melakukan penyelidikan. Penilaian ini dapat meliputi perencanaan termasuk mengembangkan desain, pengumpulan  data,  pengolahan  data,  sampai  kepada  pelaporan  hasil penyelidikan.  (3)  penilaian  produk,  penilaian  hasil  karya  siswa  misalnya berupa  hasil  karya  berupa  lukisan,  kaligrafi,  membuat  kue,  membuat  alat musik, alat kebersihan dan lainnya.

Penilaian  pada  aspek  keterampilan  tersebut  yang  dilakukan  melalui penilaian  unjuk  kerja/kinerja/praktik,  penilaian  produk,  penilaian  proyek, penilaian  portofolio,  atau  dapat  menggunakan  teknik  lain  misalnya  melalui tes.

Penilaian keterampilan melalui penilaian unjuk kerja/kinerja/ praktik adalah  penilaian  yang  dilakukan  dengan  cara  mengamati  kegiatan  peseta didik,  penilaian  keterampilan  melalui  penilaian  produk  adalah  penilaian terhadap  kemampuan  peserta  didik  dalam  membuat  produk-produk  (hasil karya)  teknologi  maupun  seni.  Penilaian  keterampilan  melalui  penilaian proyek  merupakan  penilaian  terhadap  kegiatan  penyelidikan  yang  meliputi perencanaan,  pelaksanaan  dan  pelaporan  dalam  jangka  waktu  tertentu. Sedangkan penilaian portofolio adalah penilaian yang berupa rekaman hasil pembelajaran  dan  penilaian  yang  memperkuat  kemajuan  dan  kualitas pekerjaan siswa.[6]

Skema  penilaian  aspek  keterampilan  ini  dapat  digambarkan  sebagai berikut:

Gambar 1

Skema Penilaian Aspek Keterampilan

4.      Instrumen Asesmen Ranah Keterampilan

a.   Pengertian Asesmen

Overton, Terry (2008) di dalam bukunya menjelaskan pengertian asesmen yang diartikan bahasa Indonesia adalah Asesmen adalah suatu proses pengumpulan informasi untuk memonitor kemajuan dan bila diperlukan pengambilan keputusan dalam bidang pendidikan. Sebagaimana disebutkan dalam definisi saya tentang tes, suatu asesmen bisa saja terdiri dari tes, atau bisa juga terdiri dari berbagai metode seperti observasi, wawancara, monitoring tingkah laku, dan sebagainya[7]

Sedangkan di buku Sa’jidah mengungkapkan pendapat Gaicha Asesmen  merupakan  proses  yang  penting  dalam  kegiatan  pembelajaran. Asesmen  merupakan  serangkaian  proses  pengumpulan  bukti  dan  data  tentang pengetahuan  dan  keahlian  siswa  yang  terintegrasi  dengan  pembelajaran  yang dirumuskan  sesuai  dengan  tujuan  pembelajaran  yang  akan  dicapai.  Data  hasil asesmen  merupakan gambaran dari apa yang telah dicapai siswa berdasar  materi dan  tujuan  pembelajaran[8]

Dari  beberapa  definisi  tentang  asesmen  oleh  beberapa  ahli  di  atas  dapat disimpulkan bahwa asesmen adalah proses mendata kemampuan dan keterampilan sebagai hasil belajar siswa menggunakan multi metode dan multi instrumen sebagai dasar  penentuan  keputusan.  Data  hasil  asesmen  menggambarkan  ketercapaian tujuan pembelajaran serta kemampuan siswa.

Tujuan  pendataan  kemampuan  dan  hasil  belajar  siswa  melalui  asesmen diantaranya: (1)  memberikan  informasi  kepada  siswa  tentang  seberapa  baik pencapaian mereka terhadap suatu kompetensi dalam kurikulum; (2) memberikan informasi  kepada  guru  tentang  ketercapaian  suatu  kompet ensi  yang  telah dibelajarkan;  (3)  sebagai  dasar  diagnostik  kelebihan  dan  kesulitan  yang  dialami siswa  pada  suatu  kompetensi;  dan  (4)  sebagai  pertanggungajawaban  guru  serta lembaga  kepada  semua  pihak  yang  berkepentingan  terhadap  hasil  belajar  siswa (Sudjana, 2011: 4).

b.   Teknik  Asesmen  kompetensi  keterampilan

Teknik  asesmen  kompetensi  keterampilan  yang  pertama  yaitu  asesmen kinerja. Asesmen kinerja adalah suatu bentuk asesmen yang menuntut siswa untuk mendemonstrasikan/mempraktekkan tugas tertentu untuk menerapkan pengetahuan dan  keterampilan  yang  mereka  punya  (Kusaeri,  2014:  142;  Sa’dijah,  2009:  9; Wiggins,  1993:  202).  Bentuk  asesmen  ini  menekankan  pada  proses  tanpa meninggalkan  hasil  keterampilan  yang  dilakukan  oleh  siswa.  Guru mengembangkan instrumen sesuai dengan tugas kinerja yang harus dilakukan oleh siswa. Asesmen dilaksanakan dengan mengamati/ mengobservasi siswa pada saat menampilkan pengeta-huan dan keterampilan untuk  menyelesaikan tugas kinerja yang  diberikan  oleh  guru.  Sa’dijah  (2009:93)  menuturkan  agar  objekti-vitas asesmen  kinerja  terjaga  diperlukan  penetapan  rubrik  sebagai  dasar/kriteria pelaksanaan  asesmen  kinerja.  Rubrik  kinerja  disusun  berdasarkan  tujuan pelaksanaan  asesmen  kinerja  yang  akan  dilakukan.  Keterbukaan  terhadap  siswa tentang kriteria kinerja yang akan dinilai perlu dilakukan agar hasil asesmen kinerja dapat maksimal. Hal ini juga dilakukan agar prinsip keterbukaan dalam asesmen kinerja dapat dilaksanakan.[9]

Teknik  asesmen  kompetensi  keterampilan  yanng  kedua  yaitu  asesmen proyek. Kusaeri (2014: 156) mendefinisikan aseemen proyek sebagai suatu bentuk asesmen  terhadap  tugas  atau  proyek  yang  harus  diselesaikan  oleh  siswa  atau sekelompok siswa dalam periode atau waktu tertentu. Tugas tersebut dapat berupa kegiatan  sejak  perencanaan,  pengumpulan  data,  pengorganisasian,  pelaksanaan tugas,  pengolahan,  hingga  proses  penyajian  produk  atau  laporan  tertulis. Keterampilan  dikemas  menjadi  sebuah  tugas  proyek  yang  harus  dikuasai  siswa dalam kurun waktu yang ditentukan. Melalui tugas Proyek guru dapat mengamati perkembangan  keterampilan  siswa  secara  berkelanjutan.  Perkembangan  tersebut dimulai saat siswa melaksanakan perencanaan, pelaksanaan, serta membuat laporan hasil tugas proyek mereka. Selama pelaksanaan tugas proyek guru dapat mencatat apa  yang  telah  dicapai  serta  apa  yang  diperlukan  siswa  dalam  menguasai  suatu pengetahuan  dan  keterampilan.  Siswa  juga  dilatih  untuk  dapat  berfikir  secara komperhensif dan mengaitkan segala sesuatu yang mereka pelajari melalui asesmen proyek (Sa’dijah, 2007: 199).[10]

Teknik asesmen ranah keterampilan selanjutnya yaitu asesmen portofolio. Asesmen portofolio menurut Lund (1997: 28), Gadbury-Amyot, et al (2003: 911), dan Kusaeri (2014: 156) yaitu suatu bentuk asesmen berkelanjutan yang didasarkan pada  kumpulan  informasi  berupa  karya  atau  tugas  siswa  yang  menunjukkan perkembangan  kemampuan  siswa  dalam  satu  periode.  Mueller  (2008)  yang menyatakan  bahwa  portofolio  adalah  kumpulan  karya  atau  tugas  siswa  yang dipilih/diseleksi  untuk  menunjukkan  perkembangan  secara  khusus  dari  siswa. Perkembangan  yang  dimaksud  baik  perkembangan  sikap,  pengetahuan  maupun ketermpilan siswa. Melalui portofolio siswa dapat melihat perkembangan mereka seiring  waktu  dan  dapat  berbagi  informasi  tersebut  kepada  teman  sebaya,  guru, bahkan  orang  tua  mereka  (Sa’dijah,  2007:  202). Jadi,  selain  untuk  menilai  hasil belajar  siswa,  portofolio  juga  dapat  difungsikan  sebagai  sarana  untuk  memantau perkembangan kemajuan belajar siswa secara berkelnjutan. Kriteria penilaian dan jenis tugas atau karya dikumpulkan dalam asesmen portofolio ditentukan bersama oleh guru dan siswa. Tugas atau karya yang dipilih dalam tugas portofolio adalah tugas  terbaik  dan  berdasar  pilihan  bersama  antara  siswa  dan  guru.  Pelaksanaan asesmen  portofolio  mengajak  siswa  untuk  menunjukkan  hasil  karya/tugas  yang autentik/asli.[11]

5.      Pengolahan Penilaian Kompetensi Keterampilan

Nilai  akhir  pada  kompetensi  keterampilan  diperoleh  dengan  cara sebagai berikut:

(1)Tentukan  nilai  optimal  (tertinggi)  untuk  masing-masing  KD.  Untuk KD yang hanya dilakukan sekali penilaian, hasilnya berlaku sebagai nilai optimal untuk KD tersebut. (2) Buat  tabel  untuk  mendokumentasikan  seluruh  hasil  penilaian keterampilan selama satu semester. (3) Masukkan seluruh hasil penilaian tersebut sesuai dengan teknik yang digunakan. (4) Hitung  jumlah  nilai  optimal  dari  seluruh  KD  untuk  mendapatkan jumlah skor yang diperoleh Sebagaimana  dalam  penilaian  kompetensi  pengetahuan,  penilaian pada  kompetensi  keterampilan  juga  ditetapkan  konversi  nilai  dan  predikat. Berdasarkan  seluruh  pengolahan  nilai  pada  penilaian  keterampilan  dan dianalisis  menggunakan  table  konversi,  baru  kemudian  memberikan deskripsi  berdasarkan  atas  hasil  pengolahan  nilai  yang  diperoleh.[12]

C.    Hasil Observasi Pelaksanaan Asesmen Kompetensi Keterampilan di Sekolah Dasar O4

Pelaksanaan asesmen di  sekolah dilakukan oleh guru. Penulis  melakukan observasi guna melihat pelaksanaan asesmen kompetensi keterampilan di lapangan. Hasil  observasi  dilakukan  penulis  di  kelas  IV  SDN 04  Kota  Pontianak pada tanggal 23 maret 2020. Pengambilan data pada makalah ini dengan cara wawancara melalui via whatsup.

Observasi di SDN 04 Kota Pontianak bertepatan dengan materi Pantun.  didapatkan  fakta  bahwa  guru  belum  melaksanakan  asesmen secara  maksimal,  terutama  pada  asesmen  kompetensi  keterampilan.  Guru cenderung  melaksanakan  asesmen  tradisional  yaitu  mengandalkan  tes  sebagai acuan utama untuk mengukur ketercapaian  hasil belajar  siswa.  Guru masih jarang melaksanakan  asesmen  kinerja,  proyek,  dan  portofolio  secara  maksimal.  Hal tersebut terlihat  dalam pengamatan penulis saat pelaksanaan pembelajaran tematik di  kelas,  guru  cenderung  menutamakan  tes  dan  penugasan  dalam  pembelajaran. Pelaksanaan  dan  penggunaan  asesmen  terutama  pada  ranah  keterampilan  dalam pembelajaran belum nampak secara maksimal.

Gambar 2

Contoh Soal Tes yang digunakan

oleh Guru beserta Suplemen LKS.

 

 

 

Penulis melakukan analisis terhadap LKS dan soal tes yang digunakan oleh guru kelas IV di SDN 04 Kota Pontianak. Berdasar Gambar 1 tentang contoh soal tes yang digunakan guru SDN 04 Pontianak dan Buku  Suplemen/LKS Tematik dapat dilihat bahwa soal-soal dan instrumen yang digunakan guru di SDN 04 Pontianak  lebih  cenderung  pada  asesemen  pada  kompetensi  pengetahuan.  Beberapa soal  yang  digunakan  meminta  siswa  untuk  “menjelaskan  definisi/pengertian pantunatau “Apa makna Pantun”,  bukan  meminta  siswa  untuk  mempraktekkan  membuat  Pantun.

Kegiatan belajar yang dilakukan juga belum mengarah pada pembelajaran yang  mengajak  siswa  untuk  melakukan  unjuk  kerja.  Siswa  masih  diajak  untuk melakukan diskusi tentang Pantun. Prosedur dijelaskan hanya melalui teks, bukan melalui praktik langsung oleh siswa. Siswa diajak untuk memahami pengertian dan prosedur membuat “Pantun” melalui diskusi dan belum diajak secara langsung untuk membuat.

Studi  lanjutan  dilakukan  penulis  di  SDN  Dinoyo  2  Kota  Malang.  Hasil wawancara penulis dengan guru kelas IV SDN Klojen dijabarkan sebagai berikut.

Penulis: Apakah ibu telah memahami konsep dan pelaksanaan      asesmen?

Guru:  Sudah mas. Asesmen itu penilaian proses dan hasil belajar siswa.

Penulis:  Menurut  ibu,  apakah  pelatihan  dari  dinas  membantu  ibu  dalam memahami pelaksanaan dan konsep asesmen?

Guru:  Cukup  paham  mas,  meskipun  hanya  dari  segi  teoritis  dan  juga lebih pada ranah kognitif saja.

Penulis:  Adakah  usaha  lain  yang  ibu  lakukan  untuk  memahami  tentang asesmen selain mengikuti pelatihan dari dinas?

Guru:  Ada beberapa kegiatan mas, seperti workshop oleh gugus,  KKG, atau pelatihan-pelatihan lain.

Berdasarkan hasil wawancara di atas diperoleh fakta bahwa guru kelas IV SDN  04    telah  cukup  memahami  konsep  dan  pelaksanaan  asesmen pembelajaran  di  kelas.  Guru  memahami  konsep  melalui  pelatihan  dari  dinas, meskipun  beliau  masih  mengalami  kendala  terutama  hanya  memahami  asesmen pada  ranah  kognitif  saja.  Beliau  telah  berinisiatif  untuk  mengatasi  kendala  dan kekurangan dari pelatihan oleh dinas melalui workshop gugus, KKG, dan pelatihan

Selama  ini  guru  masih  jarang  mengembangkan  rubrik  penilaian.  Guru cenderung  melakukan  asesmen  baik  untuk  proses  dan  hasil  berdasarkan  standar tertentu  dan  keseharian  siswa.  Guru  menentukan  secara  langsung  nilai  yang diperoleh  berdasar  praktek  dan  hasil  kerja,  tanpa  menggunakan  perbandingan dengan  standar  dari  rubrik.  Selain  itu,  pertimbangan  kepribadin  siswa  dari kesehariannya juga dijadikan guru sebagai perbandingan.

Untuk  medukung  fakta  hasil  observasi  di  SDN  04  Kota  Pontianak  penulis melakukan studi kepustakaan. Studi  Kepustakaan  dilakukan  dengan  melaksanakan  telaah  hasil  penelitian terdahulu. Berdasar penelitian yang dilakukan Charoenchai, dkk, pada tahun 2015 tentang  pelaksanaan  asesmen  autentik  di  beberapa  sekolah  dasar  di  Provinsi Sakhonakhon, Thailand. Permasalahan yang ditemukan yaitu guru sekolah dasar di Provinsi Shakhonakhon, Thailand belum memanfaatkan hasil dari asesmen autentik untuk  pengembangan  siswa.  Pemahaman  guru tentang  pentingnya  hasil  asesmen autentik  guna  pengembangan  siswa  sekolah  dasar  masih  redah.  Penyebab  utama yaitu  beban  kerja  tinggi  sehingga  guru  tidak  mampu  menyeimbangkan  antara kemampuan  kepengajaran  dengan  keterampilan  lain  termasuk  pemanfaatan asesmen autentik.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan (observasi dan wawancara) dan kajian kepustakaan  di  atas  dapat  disimpulkan  bahwa  pelaksanaan  asesmen  kompetensi keteram-pilan di sekolah dasar belum maksimal. Guru mengalami kesulitan baik dalam tahap perencanaan maupun pelaksanaan asesmen kompetensi keterampilan. Adapun  penyebab  kendala  yang  dialami  guru  berdasarkan  wawancara  mupun kajian kepustakaan yaitu: (1) rendahnya pemahaman guru tentang konsep baik teori maupun  praktik  asesmen  pada  ranah  keterampilan;  (2) guru  belum  memahami manfaat  hasil  asesmen  guna  pengembangan  siswa;  (3) guru  belum  mema-hami taksonomi   keterampilan  secara  menda-lam;  (4) kurangnya  pelatihan  praktik pengem-bangan instrumen asesmen  ranah keterampilan  dari dinas pendidikan; (5) rendahnya  kreativitas  dan  kemauan  guru  untuk  melaksanakan  asesmen  ranah keterampila; dan (6) tingginya tuntutan beban kerja selain mengajar bagi guru.

Solusi Penulis

Penulis  menawarkan  beberapa  ide  untuk  mengatasi  permasalahan  yang terjadi  di  lapangan.  Saran  dan  masukan  untuk  mengatasi  permasalahan  yang dialami oleh guru dari penulis yaitu : (1) dilakukan pelatihan tentang pemahaman teori  asesmen  dan  taksonomi  keterampilan;  (2)  dilakukan  pelatihan  tentang pengembangan instrumen asesmen kompetensi keterampilan yang lebih mengacu pada praktik; (3) disediakan buku panduan pengembangan pengembangan rubrik dan  matrik  instrumen  asesmen  kompetensi  keterampilan  bagi  guru;  dan  (4) dilakukan standarisasi/pengembangan lebih lanjut instrumen asesmen kompetensi keterampilan bagi siswa sekolah dasar.

Bedasar  data  yang diperoleh dari proses pelaksanaan asesmen kompetensi keterampilan di kelas, guru mengolah skor menjadi nilai akhir siswa. Nilai inilah yan  menjadi acuan pengambilan keputusan, diagnosis belajar,  serta laporan guru atas pencapaian siswa pada ranah keterampila

 

 

 

D.    PENUTUP

Salah  satu  kompetensi  dalam   pembelajaran  sains  yaitu  domain  keterampilan. Keterampilan dalam kurikulum 2013 dijarkan melalui pembelajaran tematik dengan  berpedoman  pada  KI  dan  KD  serta  taksonomi  pembelajaran  domain keterampilan  oleh  Simpson.  Ketercapaian  pembelajaran  pada  kompetensi keterampilan diketahui  berdasarkan data hasil asesmen. Asesmen untuk mendata hasil belajar keterampilan dapat dilakukan melalui teknik asesmen kinerja, asesmen proyek,  dan  asesmen  portofolio.  Asesmen  kompetensi  keterampilan  memiliki beberapa tahap dala pelaksanaannya yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pengolahan hasil, dan tahap pelaporan hasil.

Fakta  empiris  dan  kajian  penelitian  terdahulu  menunjukkan  pelaksanaan asesmen  ranah  keterampilan  di  lapangan  belum  maksimal.  Berbagai  kendala dialami oleh guru dalam melaksanakan asesmen autentik kompetensi keterampilan diantaranya rendahnya pemahaman tetang asesmen, taksonomi keterampilan, serta manfaat asesmen bagi siswa, kurangnya pelatihan yang bersifat praktikal dari dinas terkait, dan rendahnya kreativitas serta kemauan guru untuk belajar. 

Gagasan penulis untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu: (1) pelatihan tentang  teori  asesmen  dan taksonomi keterampilan; (2) pelatihan tentang asesmen yang  bersifat  praktis;  (3)  pelatihan  pengembangan  instrumen  bagi  guru;  (4) pengembangan dan stadarisasi instrumen asesmen kompetensi keterampilan siswa sekolah dasar.

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, Efi Tri. “Problematika Implementasi Penilaian Autentik Kurikulum 2013 Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Isla DI SD Negeri Ploso 1 Pacitan” 1, no. 2 (2017): 18–41.

Astriyandi, Ari. 2016. “Kemampuan Guru Menerapkan Penilaian Autentik Dalam Pembelajaran PPKn (Studi Kasus Di SMA Negeri 1 Indralaya).” Jurnal: Bhineka Tunggal Ika. Vol. 3 No. 2.

 

Jannah, Sessi Rewetty dan Raudatul. “Penilaian Autentik Kompeten Matematika Pada Pembelajaran Tematik Berdasarkan Kurikulum 2013 Di Kelas IV SDN Semangat Dalam 2 Tahun Pembelajaran 2013/2014” V (2015): 57–72.

Di download https://komkat-kwi.org/2016/05/13/sistem-penilaian-pembelajaran-dalam-kurikulum-2013/ tangal 25/3/2020.

 

Heri Setiawan, Cholis Sa’dijah, Sa’dun Akbar. Pelaksanaan Asesmen Kompetensi Keterampilan di Sekolah Dasar, (Pascasarjana Universitas Negeri Malang: Jurnal, 2017)

Wildan, Pelaksanaan Penilaian Autentik Aspek Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan di Sekolah atau Madrasah, (UIN Mataram: Journal Tatsqif, Jurnal Pemikiran dan Penelitian Pendidikan, 2017).

Overton, Terry. (2008). Assessing Learners with Special Needs: An Applied Approach (7th Edition). University of Texas - Brownsville

Sa’dijah,  C.  (2009).  Asesmen  Kinerja  dalam  Pembelajaran  Matematika.  Jurnal Pendidikan  Inovatif.  (Online),  4(2):  92-95. (http://fmipa.um.ac.id/index.php/karya-ilmiah-dosen/179-jurnal-pendidikaninovatif-jilid-4-nomor-2-maret-2009-hal-92-95.html),  diakses  tanggal  30 Maret 2017.

 

 

 


 

 

 

 

 

 

 

 

 

 



[1] Mahasiswa Pascasarjana Program Studi PGMI, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2019

[2] Ratih Rizqi Nirwana, “Peer And Self Assessment Sebagai Penilaian Autentik Dalam Kurikulum 2013” 5 (2013): 139–51.

[3] Efi Tri Astuti, “Problematika Implementasi Penilaian Autentik Kurikulum 2013 Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Isla DI SD Negeri Ploso 1 Pacitan” 1, no. 2 (2017): 18–41.

[4] Sessi Rewetty dan Raudatul Jannah, “Penilaian Autentik Kompeten Matematika Pada Pembelajaran Tematik Berdasarkan Kurikulum 2013 Di Kelas IV SDN Semangat Dalam 2 Tahun Pembelajaran 2013/2014” V (2015): 57–72.

[6] Wildan, Pelaksanaan Penilaian Autentik Aspek Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan di Sekolah atau Madrasah, (UIN Mataram: Journal Tatsqif, Jurnal Pemikiran dan Penelitian Pendidikan, 2017) hlm 146

[7] Overton, Terry. (2008). Assessing Learners with Special Needs: An Applied Approach (7th Edition). University of Texas - Brownsville

[8] Sa’dijah,  C.  (2009).  Asesmen  Kinerja  dalam  Pembelajaran  Matematika.  Jurnal Pendidikan  Inovatif.  (Online),  4(2):  92-95. (http://fmipa.um.ac.id/index.php/karya-ilmiah-dosen/179-jurnal-pendidikaninovatif-jilid-4-nomor-2-maret-2009-hal-92-95.html),  diakses  tanggal  30 Maret 2017.

[9] Heri Setiawan, Cholis Sa’dijah, Sa’dun Akbar. Pelaksanaan Asesmen Kompetensi Keterampilan di Sekolah Dasar, (Pascasarjana Universitas Negeri Malang: Jurnal, 2017) hlm 697

[10] Heri Setiawan, Cholis Sa’dijah, Sa’dun Akbar. Pelaksanaan Asesmen Kompetensi Keterampilan di Sekolah Dasar, (Pascasarjana Universitas Negeri Malang: Jurnal, 2017) hlm 697

 

[11] Heri Setiawan, Cholis Sa’dijah, Sa’dun Akbar. Pelaksanaan Asesmen Kompetensi Keterampilan di Sekolah Dasar, (Pascasarjana Universitas Negeri Malang: Jurnal, 2017) hlm 697

[12] Wildan, Pelaksanaan Penilaian Autentik Aspek Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan di Sekolah atau Madrasah, (UIN Mataram: Journal Tatsqif, Jurnal Pemikiran dan Penelitian Pendidikan, 2017)

 

ILMU KALAM

  ILMU KALAM Disusun Untuk Memenuhi Matakuliah Ikmu kalam Dosen pengampu :Ismail, S,Pdi,M.Pd.I     Disusun Oleh : Nyemas u...