Teknik Dan Instrumen Asesmen Ranah Keterampilan: Teknik Tes di MI
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Individu
Mata Kuliah : Pengembangan Assesmen Pembelajaran di MI
Dosen Pengampu : Dr. Subiyantoro, M.Pd.
Disusun Oleh :
Nama : Azlansyah (1921920408204)
Semester 1/S2 PGMI A2
MAGISTER PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDA’IYAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2020
Disusun Oleh: Azlansyah[1]
Program S2 Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)
FITK-UIN SUNAN KALIJAGA, YOGYAKARTA
ABSTRAK
penilaian merupakan proses yang sangat penting dalam pembelajaran. Instrumen penilaian yang memenuhi standar, secara tepat akan mengukur hasil akhir dari suatu proses pembelajaran, sehingga hasil belajar siswa akan terdeteksi dengan baik dan dapat dijadikan bahan evaluasi untuk program pembelajaran selanjutnya. Mata pelajaran MI/SD yang mengutamakan ranah keterampilan dalam pembelajarannya seringkali mengabaikan ranah pengetahuan. Instrumen penilaian untuk mengukur ranah pengetahuan siswa disusun harus memenuhi kriteria instrumen penilaian yang baik sehingga, hasil belajar siswa dapat terdeteksi dengan baik.
Kata kunci: instrumen, penilaian, pengetahuan, MI/SD
A. PENDAHULUAN
Pendidikan di Indonesia sudah memulai dengan menerapkan Kurikulum 13 terutama di Sekolah Dasar (SD/MI). dengan adanya kurikulum tersebut akan menghasilkan manusia yang produktif, kreatif, inovatif, afektif melalui penguatan sikap, keterampilan dan pengetahuan yang terintegrasi. Untuk itu, pada pelaksanaanya tersebut, digunakan penilaian yang Autentik (Autentic Assesment) di dalam proses pembelajaran yang gunakanya untuk melihat kemampuan yang dimiliki siswa dalam proses pembelajaran. [2]
Autentic yang berupa penlaian merupakan salah satu komponen penting dalam dalam proses pembelajaran. Hasil penilaian tersebut dapat dijadikan sebagai tolak ukur untuk melihat kemampuan yang dimiliki siswa dan mengukur sejauh mana tujuan pembelajaran telah dicapai selama proses pembelajaran. [3] Dalam hal ini penilaian autentik melibatkan peserta didik karena peserta didik memiliki peranan yang sangat penting. Asumsinya, peserta didik dapat melakukan aktivitas belajar lebih baik ketika mereka mengetahui apa saja dan bagaimana mereka akan dinilai. Pada penilaian autentik guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan. [4]
Oleh karena itu, makalah ini bertujuan untuk untuk mengetahui kemampuan siswa dalam belajar dengan menggunakan mini riset di SD 04 dengan menggunakan penilaian keterampilan pada mata pelajaran Tematik kelas 4 SD 04 Pontianak
B. RUMUSAN MASALAH
Pembahasan dalam masalah ini, di dalamnya memuat tentang :
1. Apa saja aspek-aspek ranah kognitif ?
2. Apa itu penilaian Keterampilan ?
3. Apa Teknik dan Instrumen Penilaian keterampilann ?
4. Bagaimana Pelaksanaan Penilaian Keterampilan di SD 04 Pontianak ?
C. METODOLOGI
Objek kajian makalah ini penulis fokuskan aspek yaitu : Tentang Assesmen Pengetahaun di Sekolah SD 04 Pontianak. Jenis penelitian ini adalah wawancara guru kelas, meminta data nilai yang sudah ada diguru kelas, dokumentasi. Kemudian penulis gunakan rujukan berupa buku dan jurnal sebagai bahan pembahasan teori. Penulis memilih karya-karya tersebut sebagai sumber primer karena memuat banyak hal yang berkaitan dengan tema makalah yang penulis angkat. Adapun sumber sekunder yang penulis gunakan adalah berupa beberapa buku dan jurnal sebagai bahan teori yang sesuai dengan pembahasan.
D. PEMBAHASAN TEORI
1. Aspek-aspek Ranah Kognitif
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan/ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.
Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Ranah kognitif ini menekankan pada pengembangan kemampuan dan keterampilan intelektual. Dalam paradigma lama, penilaian pembelajaran lebih ditekankan pada hasil (produk) dan cenderung hanya menilai kemampuan aspek kognitif, yang kadang-kadang direduksi sedemikian rupa melalui bentuk tes obyektif. Sementara, penilaian dalam aspek afektif dan psikomotorik kerapkali diabaikan. Secara detail aspek-aspek pada ranah kognitif adalah sebagai berikut:
a. Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge)
Adalah kemampuan seseorang untuk mengingatingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, rumus-rumus, konsep, fakta dan sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya. Kata-kata kerja operasional yang digunakan, yaitu: mendefinisikan, mendiskripsikan, mengidentifikasikan, mendaftarkan, menjodohkan, menyebutkan, menyatakan dan memproduksi. Pengetahuan atau ingatan merupakan proses berfikir yang paling rendah.
b. Pemahaman (comprehension)
Adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Kemampuan ini menuntut siswa memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa harus menghubungkannya dengan hal-hal lain. Kemampuan ini dijabarkan menjadi tiga, yakni: (a) menterjemahkan, (b) menginterpretasikan, (c) mengeekstrapolasi. Seseorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan katakatanya sendiri.
Kata-kata operasional yang digunakan, yaitu: memperkirakan, menduga, menyimpulkan, membedakan, menentukan, mengisi, memperhitungkan dan menarik kesimpulan.Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berfikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan atau hafalan.
c. Penerapan (application)
Adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teoriteori dan sebagainya, dalam situasi yang baru dan kongkret. Kata-kata operasional yang digunakan: mengubah, menghitung, mendemostrasikan, menemukan, memanipulasikan, menghubungkan, menunjukkan, memecahkan dan menggunakan. Penerapan ini adalah merupakan proses berfikir setingkat lebih tinggi ketimbang pemahaman.
d. Analisis (analysis)
Adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagianbagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya. Analisis diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu: (a) analisis unsur, (b) analisis hubungan, (c) analisis prinsip-prinsip yang terorganisasi.
Kata-kata operasional yang digunakan: memperinci, mengilustrasikan, menyimpulkan, menghubungkan, memilih dan memisahkan.Jenjang analisis adalah setingkat lebih tinggi ketimbang jenjang aplikasi. Contoh kegiatan belajar: merumuskan masalah, membuat grafik, mengkaji ulang, mengidentifikasi faktor penyebab.
e. Sintesis
Adalah kemampuan berfikir yang merupakan kebalikan dari proses berfikir analisis. Sisntesis merupakan suatu proses yang memadukan bagianbagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga menjelma menjadi suatu pola yang yang berstruktur atau bebrbentuk pola baru.
Kata operasional yang digunakan: menkatagorikan, memodifikasikan, merekonstruksikan, mengorganisasikan, menyusun, membuat design, menciptakan, menuliskan, dan menceritakan.Jenjang sintesis kedudukannya setingkat lebih tinggi daripada jenjang analisis.
f. Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation)
Adalah merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah kognitif dalam taksonomi Bloom. Penilian/evaluasi disini merupakan kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu kondisi, nilai atau ide, misalkan jika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang terbaik sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria yang ada.
Mengadakan evaluasi dalam pengukuran aspek kognitif ini tidak sama dengan mengevaluasi dalam pengukuran aspek afektif. Mengevaluasi dalam pengukuran aspek afektif menyangkut masalah “benar/salah” yang didasarkan atas dalil, hukum, prinsip pengetahuan, sedangkan mengevaluasi dalam aspek afektif menyangkut masalah “baik/buruk” berdasarkan nilai atau norma yang diakui oleh subjek yang bersangkutan.Kata-kata operasional yang digunakan: menafsirkan, menentukan, menduga, mempertimbangkan, membenarkan dan mengkritik.
- Pengertian Penilaian Keterampilan
Penilaian keterampilan dilakukan dengan mengidentifikasi karateristik kompetensi dasar aspek keterampilan untuk menentukan teknik penilaian yang sesuai. Tidak semua kompetensi dasar dapat diukur dengan penilaian kinerja, penilaian proyek, atau portofolio. Penentuan teknik penilaian didasarkan pada karakteristik kompetensi keterampilan yang hendak diukur. Penilaian keterampilan dimaksudkan untuk mengetahui penguasaan pengetahuan peserta didik dapat digunakan untuk mengenal dan menyelesaikan masalah dalam kehidupan sesungguhnya (dunia nyata). Penilaian keterampilan menggunakan angka dengan rentangskor 0 sampai dengan 100 dan deskripsi.Teknik penilaian yang digunakan sebagai berikut.
a. Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja merupakan penilaian yang meminta peserta didik untuk melakukan suatu tugas pada situasi yang sesungguhnya dengan mengaplikasikan atau mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan. Pada penilaian kinerja, penekanan penilaiannya dapat dilakukan pada proses atau produk. Penilaian kinerja yang menekankan pada produk disebut penilaian produk, sedangkan penilaian kinerja yang menekankan pada proses disebut penilaian praktik (praktik).Penilaian praktik, misalnya; memainkan alat musik, melakukan pengamatan suatu obyek dengan menggunakan mikroskop, menyanyi, bermain peran, menari, dan sebagainya. Penilaian produk, misalnya: poster, kerajinan, puisi, dan sebagainya.
Langkah penilaian kinerja mencakup tiga tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan pengolahan. Dalam perencanaan perlu diperhatikan keterampilan yang akan diukur, kesesuaian dengan kemampuan siswa, kegiatan yang dilakukan, dan dapat dikerjakan peserta didik.Dalam pelaksanaan kinerja perlu menyiapkan rubrik yang dituangkan dalam format observasi.
b. Penilaian Proyek
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, penyajian data, dan pelaporan. Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan pengumpulan data, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan inovasi dan kreativitas serta kemampuan menginformasikan peserta didik pada muatan tertentu secara jelas. Pada penilaian proyek setidaknya ada 4 (empat) hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu sebagai berikut:
1) Kemampuan pengelolaan
Kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi, mengelola waktu pengumpulan data, dan penulisan laporan yang dilaksanakan secara kelompok.
2) Relevansi
Kesesuaian tugas proyek dengan muatan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran.
3) Keaslian
Proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya, dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan terhadap proyek peserta didik.
4) Inovasi dan kreativitas
Hasil penilaian proyek yang dilakukan peserta didik terdapat unsur-unsur kebaruan dan menemukan sesuatu yang berbeda dari biasanya.
c. Penilaian Portofolio
Portofolio dapat berupa kumpulan dokumen dan teknik penilaian. Portofolio sebagai dokumen merupakan kumpulan dokumen yang berisi hasil penilaian prestasi belajar, penghargaan, karya peserta didik dalam bidang tertentu yang bersifat reflektif-integratifdalam kurun waktu tertentu. Pada akhir periode,portofolio tersebut diserahkan kepada gurupada kelas berikutnya dan orang tua sebagai bukti otentik perkembangan peserta didik.[5]
Portofolio sebagai teknik penilaian dilakukan untuk menilai karya-karya peserta didik dan mengetahui perkembangan pengetahuan dan keterampilan peserta didik. Akhir suatu periode hasil karya tersebut dikumpulkan dan dinilai oleh gurubersama-sama dengan peserta didik. Berkaitan dengan tujuan penilaian portofolio, tiap item dalam portofolio harus memiliki suatu nilai atau kegunaan bagi peserta didik dan bagi orang yang mengamatinya. Guru dan peserta didik harus sama-sama memahami maksud, mengapa suatu item (dokumen) dimasukkan ke koleksi portofolio. Selain itu, sangat diperlukan komentar dan refleksi dari guru atas karya yang dikoleksi.
Berdasarkan informasi perkembangan kemampuan peserta didik yang dibuat oleh guru bersama peserta didik yang bersangkutan, dapat dilakukan perbaikan secara terus menerus. Dengan demikian portofolio dapat memperlihatkan perkembangan kemajuan belajar peserta didik melalui karyanya. Adapun karya peserta didik yang dapat dijadikan dokumen portofolio, antara lain: karangan, puisi, surat, gambar/lukisan, dan komposisi musik.
Di dalam Kurikulum 2013, dokumen portofolio dapat dipergunakan sebagai salah satu bahan penilaian untuk kompetensi keterampilan. Hasil penilaian portofolio bersama dengan penilaian yang lain dipertimbangkan untuk pengisian rapor peserta didik/laporan penilaian kompetensi peserta didik.Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik oleh peserta didik.
3. Tehnik Penilaian Keterampilan
Penilaian keterampilan dapat dilakukan dengan cara-cara seperti (1) penilian unjuk kerja, yaitu penilaian untuk mengamati kegiatan siswa dalam menerapkan sesuatu yang dapat diamati, seperti unjuk kerja dalam melaksanakan shalat, membaca puisi, membaca surat-surat pendek, praktik olahraga, berpidato dan lain sebagainya. (2) penilaian proyek, yaitu penilaian yang diberikan kepada siswa dalam melaksanakan tugas dalam waktu tertentu, untuk mengukur pemahaman siswa dalam melakukan penyelidikan. Penilaian ini dapat meliputi perencanaan termasuk mengembangkan desain, pengumpulan data, pengolahan data, sampai kepada pelaporan hasil penyelidikan. (3) penilaian produk, penilaian hasil karya siswa misalnya berupa hasil karya berupa lukisan, kaligrafi, membuat kue, membuat alat musik, alat kebersihan dan lainnya.
Penilaian pada aspek keterampilan tersebut yang dilakukan melalui penilaian unjuk kerja/kinerja/praktik, penilaian produk, penilaian proyek, penilaian portofolio, atau dapat menggunakan teknik lain misalnya melalui tes.
Penilaian keterampilan melalui penilaian unjuk kerja/kinerja/ praktik adalah penilaian yang dilakukan dengan cara mengamati kegiatan peseta didik, penilaian keterampilan melalui penilaian produk adalah penilaian terhadap kemampuan peserta didik dalam membuat produk-produk (hasil karya) teknologi maupun seni. Penilaian keterampilan melalui penilaian proyek merupakan penilaian terhadap kegiatan penyelidikan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan penilaian portofolio adalah penilaian yang berupa rekaman hasil pembelajaran dan penilaian yang memperkuat kemajuan dan kualitas pekerjaan siswa.[6]
Skema penilaian aspek keterampilan ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1
Skema Penilaian Aspek Keterampilan
4. Instrumen Asesmen Ranah Keterampilan
a. Pengertian Asesmen
Overton, Terry (2008) di dalam bukunya menjelaskan pengertian asesmen yang diartikan bahasa Indonesia adalah Asesmen adalah suatu proses pengumpulan informasi untuk memonitor kemajuan dan bila diperlukan pengambilan keputusan dalam bidang pendidikan. Sebagaimana disebutkan dalam definisi saya tentang tes, suatu asesmen bisa saja terdiri dari tes, atau bisa juga terdiri dari berbagai metode seperti observasi, wawancara, monitoring tingkah laku, dan sebagainya[7]
Sedangkan di buku Sa’jidah mengungkapkan pendapat Gaicha Asesmen merupakan proses yang penting dalam kegiatan pembelajaran. Asesmen merupakan serangkaian proses pengumpulan bukti dan data tentang pengetahuan dan keahlian siswa yang terintegrasi dengan pembelajaran yang dirumuskan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Data hasil asesmen merupakan gambaran dari apa yang telah dicapai siswa berdasar materi dan tujuan pembelajaran[8]
Dari beberapa definisi tentang asesmen oleh beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa asesmen adalah proses mendata kemampuan dan keterampilan sebagai hasil belajar siswa menggunakan multi metode dan multi instrumen sebagai dasar penentuan keputusan. Data hasil asesmen menggambarkan ketercapaian tujuan pembelajaran serta kemampuan siswa.
Tujuan pendataan kemampuan dan hasil belajar siswa melalui asesmen diantaranya: (1) memberikan informasi kepada siswa tentang seberapa baik pencapaian mereka terhadap suatu kompetensi dalam kurikulum; (2) memberikan informasi kepada guru tentang ketercapaian suatu kompet ensi yang telah dibelajarkan; (3) sebagai dasar diagnostik kelebihan dan kesulitan yang dialami siswa pada suatu kompetensi; dan (4) sebagai pertanggungajawaban guru serta lembaga kepada semua pihak yang berkepentingan terhadap hasil belajar siswa (Sudjana, 2011: 4).
b. Teknik Asesmen kompetensi keterampilan
Teknik asesmen kompetensi keterampilan yang pertama yaitu asesmen kinerja. Asesmen kinerja adalah suatu bentuk asesmen yang menuntut siswa untuk mendemonstrasikan/mempraktekkan tugas tertentu untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang mereka punya (Kusaeri, 2014: 142; Sa’dijah, 2009: 9; Wiggins, 1993: 202). Bentuk asesmen ini menekankan pada proses tanpa meninggalkan hasil keterampilan yang dilakukan oleh siswa. Guru mengembangkan instrumen sesuai dengan tugas kinerja yang harus dilakukan oleh siswa. Asesmen dilaksanakan dengan mengamati/ mengobservasi siswa pada saat menampilkan pengeta-huan dan keterampilan untuk menyelesaikan tugas kinerja yang diberikan oleh guru. Sa’dijah (2009:93) menuturkan agar objekti-vitas asesmen kinerja terjaga diperlukan penetapan rubrik sebagai dasar/kriteria pelaksanaan asesmen kinerja. Rubrik kinerja disusun berdasarkan tujuan pelaksanaan asesmen kinerja yang akan dilakukan. Keterbukaan terhadap siswa tentang kriteria kinerja yang akan dinilai perlu dilakukan agar hasil asesmen kinerja dapat maksimal. Hal ini juga dilakukan agar prinsip keterbukaan dalam asesmen kinerja dapat dilaksanakan.[9]
Teknik asesmen kompetensi keterampilan yanng kedua yaitu asesmen proyek. Kusaeri (2014: 156) mendefinisikan aseemen proyek sebagai suatu bentuk asesmen terhadap tugas atau proyek yang harus diselesaikan oleh siswa atau sekelompok siswa dalam periode atau waktu tertentu. Tugas tersebut dapat berupa kegiatan sejak perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pelaksanaan tugas, pengolahan, hingga proses penyajian produk atau laporan tertulis. Keterampilan dikemas menjadi sebuah tugas proyek yang harus dikuasai siswa dalam kurun waktu yang ditentukan. Melalui tugas Proyek guru dapat mengamati perkembangan keterampilan siswa secara berkelanjutan. Perkembangan tersebut dimulai saat siswa melaksanakan perencanaan, pelaksanaan, serta membuat laporan hasil tugas proyek mereka. Selama pelaksanaan tugas proyek guru dapat mencatat apa yang telah dicapai serta apa yang diperlukan siswa dalam menguasai suatu pengetahuan dan keterampilan. Siswa juga dilatih untuk dapat berfikir secara komperhensif dan mengaitkan segala sesuatu yang mereka pelajari melalui asesmen proyek (Sa’dijah, 2007: 199).[10]
Teknik asesmen ranah keterampilan selanjutnya yaitu asesmen portofolio. Asesmen portofolio menurut Lund (1997: 28), Gadbury-Amyot, et al (2003: 911), dan Kusaeri (2014: 156) yaitu suatu bentuk asesmen berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi berupa karya atau tugas siswa yang menunjukkan perkembangan kemampuan siswa dalam satu periode. Mueller (2008) yang menyatakan bahwa portofolio adalah kumpulan karya atau tugas siswa yang dipilih/diseleksi untuk menunjukkan perkembangan secara khusus dari siswa. Perkembangan yang dimaksud baik perkembangan sikap, pengetahuan maupun ketermpilan siswa. Melalui portofolio siswa dapat melihat perkembangan mereka seiring waktu dan dapat berbagi informasi tersebut kepada teman sebaya, guru, bahkan orang tua mereka (Sa’dijah, 2007: 202). Jadi, selain untuk menilai hasil belajar siswa, portofolio juga dapat difungsikan sebagai sarana untuk memantau perkembangan kemajuan belajar siswa secara berkelnjutan. Kriteria penilaian dan jenis tugas atau karya dikumpulkan dalam asesmen portofolio ditentukan bersama oleh guru dan siswa. Tugas atau karya yang dipilih dalam tugas portofolio adalah tugas terbaik dan berdasar pilihan bersama antara siswa dan guru. Pelaksanaan asesmen portofolio mengajak siswa untuk menunjukkan hasil karya/tugas yang autentik/asli.[11]
5. Pengolahan Penilaian Kompetensi Keterampilan
Nilai akhir pada kompetensi keterampilan diperoleh dengan cara sebagai berikut:
(1)Tentukan nilai optimal (tertinggi) untuk masing-masing KD. Untuk KD yang hanya dilakukan sekali penilaian, hasilnya berlaku sebagai nilai optimal untuk KD tersebut. (2) Buat tabel untuk mendokumentasikan seluruh hasil penilaian keterampilan selama satu semester. (3) Masukkan seluruh hasil penilaian tersebut sesuai dengan teknik yang digunakan. (4) Hitung jumlah nilai optimal dari seluruh KD untuk mendapatkan jumlah skor yang diperoleh Sebagaimana dalam penilaian kompetensi pengetahuan, penilaian pada kompetensi keterampilan juga ditetapkan konversi nilai dan predikat. Berdasarkan seluruh pengolahan nilai pada penilaian keterampilan dan dianalisis menggunakan table konversi, baru kemudian memberikan deskripsi berdasarkan atas hasil pengolahan nilai yang diperoleh.[12]
C. Hasil Observasi Pelaksanaan Asesmen Kompetensi Keterampilan di Sekolah Dasar O4
Pelaksanaan asesmen di sekolah dilakukan oleh guru. Penulis melakukan observasi guna melihat pelaksanaan asesmen kompetensi keterampilan di lapangan. Hasil observasi dilakukan penulis di kelas IV SDN 04 Kota Pontianak pada tanggal 23 maret 2020. Pengambilan data pada makalah ini dengan cara wawancara melalui via whatsup.
Observasi di SDN 04 Kota Pontianak bertepatan dengan materi Pantun. didapatkan fakta bahwa guru belum melaksanakan asesmen secara maksimal, terutama pada asesmen kompetensi keterampilan. Guru cenderung melaksanakan asesmen tradisional yaitu mengandalkan tes sebagai acuan utama untuk mengukur ketercapaian hasil belajar siswa. Guru masih jarang melaksanakan asesmen kinerja, proyek, dan portofolio secara maksimal. Hal tersebut terlihat dalam pengamatan penulis saat pelaksanaan pembelajaran tematik di kelas, guru cenderung menutamakan tes dan penugasan dalam pembelajaran. Pelaksanaan dan penggunaan asesmen terutama pada ranah keterampilan dalam pembelajaran belum nampak secara maksimal.
Gambar 2
Contoh Soal Tes yang digunakan
oleh Guru beserta Suplemen LKS.
Penulis melakukan analisis terhadap LKS dan soal tes yang digunakan oleh guru kelas IV di SDN 04 Kota Pontianak. Berdasar Gambar 1 tentang contoh soal tes yang digunakan guru SDN 04 Pontianak dan Buku Suplemen/LKS Tematik dapat dilihat bahwa soal-soal dan instrumen yang digunakan guru di SDN 04 Pontianak lebih cenderung pada asesemen pada kompetensi pengetahuan. Beberapa soal yang digunakan meminta siswa untuk “menjelaskan definisi/pengertian pantun”atau “Apa makna Pantun”, bukan meminta siswa untuk mempraktekkan membuat Pantun.
Kegiatan belajar yang dilakukan juga belum mengarah pada pembelajaran yang mengajak siswa untuk melakukan unjuk kerja. Siswa masih diajak untuk melakukan diskusi tentang Pantun. Prosedur dijelaskan hanya melalui teks, bukan melalui praktik langsung oleh siswa. Siswa diajak untuk memahami pengertian dan prosedur membuat “Pantun” melalui diskusi dan belum diajak secara langsung untuk membuat.
Studi lanjutan dilakukan penulis di SDN Dinoyo 2 Kota Malang. Hasil wawancara penulis dengan guru kelas IV SDN Klojen dijabarkan sebagai berikut.
Penulis: Apakah ibu telah memahami konsep dan pelaksanaan asesmen?
Guru: Sudah mas. Asesmen itu penilaian proses dan hasil belajar siswa.
Penulis: Menurut ibu, apakah pelatihan dari dinas membantu ibu dalam memahami pelaksanaan dan konsep asesmen?
Guru: Cukup paham mas, meskipun hanya dari segi teoritis dan juga lebih pada ranah kognitif saja.
Penulis: Adakah usaha lain yang ibu lakukan untuk memahami tentang asesmen selain mengikuti pelatihan dari dinas?
Guru: Ada beberapa kegiatan mas, seperti workshop oleh gugus, KKG, atau pelatihan-pelatihan lain.
Berdasarkan hasil wawancara di atas diperoleh fakta bahwa guru kelas IV SDN 04 telah cukup memahami konsep dan pelaksanaan asesmen pembelajaran di kelas. Guru memahami konsep melalui pelatihan dari dinas, meskipun beliau masih mengalami kendala terutama hanya memahami asesmen pada ranah kognitif saja. Beliau telah berinisiatif untuk mengatasi kendala dan kekurangan dari pelatihan oleh dinas melalui workshop gugus, KKG, dan pelatihan
Selama ini guru masih jarang mengembangkan rubrik penilaian. Guru cenderung melakukan asesmen baik untuk proses dan hasil berdasarkan standar tertentu dan keseharian siswa. Guru menentukan secara langsung nilai yang diperoleh berdasar praktek dan hasil kerja, tanpa menggunakan perbandingan dengan standar dari rubrik. Selain itu, pertimbangan kepribadin siswa dari kesehariannya juga dijadikan guru sebagai perbandingan.
Untuk medukung fakta hasil observasi di SDN 04 Kota Pontianak penulis melakukan studi kepustakaan. Studi Kepustakaan dilakukan dengan melaksanakan telaah hasil penelitian terdahulu. Berdasar penelitian yang dilakukan Charoenchai, dkk, pada tahun 2015 tentang pelaksanaan asesmen autentik di beberapa sekolah dasar di Provinsi Sakhonakhon, Thailand. Permasalahan yang ditemukan yaitu guru sekolah dasar di Provinsi Shakhonakhon, Thailand belum memanfaatkan hasil dari asesmen autentik untuk pengembangan siswa. Pemahaman guru tentang pentingnya hasil asesmen autentik guna pengembangan siswa sekolah dasar masih redah. Penyebab utama yaitu beban kerja tinggi sehingga guru tidak mampu menyeimbangkan antara kemampuan kepengajaran dengan keterampilan lain termasuk pemanfaatan asesmen autentik.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan (observasi dan wawancara) dan kajian kepustakaan di atas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan asesmen kompetensi keteram-pilan di sekolah dasar belum maksimal. Guru mengalami kesulitan baik dalam tahap perencanaan maupun pelaksanaan asesmen kompetensi keterampilan. Adapun penyebab kendala yang dialami guru berdasarkan wawancara mupun kajian kepustakaan yaitu: (1) rendahnya pemahaman guru tentang konsep baik teori maupun praktik asesmen pada ranah keterampilan; (2) guru belum memahami manfaat hasil asesmen guna pengembangan siswa; (3) guru belum mema-hami taksonomi keterampilan secara menda-lam; (4) kurangnya pelatihan praktik pengem-bangan instrumen asesmen ranah keterampilan dari dinas pendidikan; (5) rendahnya kreativitas dan kemauan guru untuk melaksanakan asesmen ranah keterampila; dan (6) tingginya tuntutan beban kerja selain mengajar bagi guru.
Solusi Penulis
Penulis menawarkan beberapa ide untuk mengatasi permasalahan yang terjadi di lapangan. Saran dan masukan untuk mengatasi permasalahan yang dialami oleh guru dari penulis yaitu : (1) dilakukan pelatihan tentang pemahaman teori asesmen dan taksonomi keterampilan; (2) dilakukan pelatihan tentang pengembangan instrumen asesmen kompetensi keterampilan yang lebih mengacu pada praktik; (3) disediakan buku panduan pengembangan pengembangan rubrik dan matrik instrumen asesmen kompetensi keterampilan bagi guru; dan (4) dilakukan standarisasi/pengembangan lebih lanjut instrumen asesmen kompetensi keterampilan bagi siswa sekolah dasar.
Bedasar data yang diperoleh dari proses pelaksanaan asesmen kompetensi keterampilan di kelas, guru mengolah skor menjadi nilai akhir siswa. Nilai inilah yan menjadi acuan pengambilan keputusan, diagnosis belajar, serta laporan guru atas pencapaian siswa pada ranah keterampila
D. PENUTUP
Salah satu kompetensi dalam pembelajaran sains yaitu domain keterampilan. Keterampilan dalam kurikulum 2013 dijarkan melalui pembelajaran tematik dengan berpedoman pada KI dan KD serta taksonomi pembelajaran domain keterampilan oleh Simpson. Ketercapaian pembelajaran pada kompetensi keterampilan diketahui berdasarkan data hasil asesmen. Asesmen untuk mendata hasil belajar keterampilan dapat dilakukan melalui teknik asesmen kinerja, asesmen proyek, dan asesmen portofolio. Asesmen kompetensi keterampilan memiliki beberapa tahap dala pelaksanaannya yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pengolahan hasil, dan tahap pelaporan hasil.
Fakta empiris dan kajian penelitian terdahulu menunjukkan pelaksanaan asesmen ranah keterampilan di lapangan belum maksimal. Berbagai kendala dialami oleh guru dalam melaksanakan asesmen autentik kompetensi keterampilan diantaranya rendahnya pemahaman tetang asesmen, taksonomi keterampilan, serta manfaat asesmen bagi siswa, kurangnya pelatihan yang bersifat praktikal dari dinas terkait, dan rendahnya kreativitas serta kemauan guru untuk belajar.
Gagasan penulis untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu: (1) pelatihan tentang teori asesmen dan taksonomi keterampilan; (2) pelatihan tentang asesmen yang bersifat praktis; (3) pelatihan pengembangan instrumen bagi guru; (4) pengembangan dan stadarisasi instrumen asesmen kompetensi keterampilan siswa sekolah dasar.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, Efi Tri. “Problematika Implementasi Penilaian Autentik Kurikulum 2013 Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Isla DI SD Negeri Ploso 1 Pacitan” 1, no. 2 (2017): 18–41.
Astriyandi, Ari. 2016. “Kemampuan Guru Menerapkan Penilaian Autentik Dalam Pembelajaran PPKn (Studi Kasus Di SMA Negeri 1 Indralaya).” Jurnal: Bhineka Tunggal Ika. Vol. 3 No. 2.
Jannah, Sessi Rewetty dan Raudatul. “Penilaian Autentik Kompeten Matematika Pada Pembelajaran Tematik Berdasarkan Kurikulum 2013 Di Kelas IV SDN Semangat Dalam 2 Tahun Pembelajaran 2013/2014” V (2015): 57–72.
Di download https://komkat-kwi.org/2016/05/13/sistem-penilaian-pembelajaran-dalam-kurikulum-2013/ tangal 25/3/2020.
Heri Setiawan, Cholis Sa’dijah, Sa’dun Akbar. Pelaksanaan Asesmen Kompetensi Keterampilan di Sekolah Dasar, (Pascasarjana Universitas Negeri Malang: Jurnal, 2017)
Wildan, Pelaksanaan Penilaian Autentik Aspek Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan di Sekolah atau Madrasah, (UIN Mataram: Journal Tatsqif, Jurnal Pemikiran dan Penelitian Pendidikan, 2017).
Overton, Terry. (2008). Assessing Learners with Special Needs: An Applied Approach (7th Edition). University of Texas - Brownsville
Sa’dijah, C. (2009). Asesmen Kinerja dalam Pembelajaran Matematika. Jurnal Pendidikan Inovatif. (Online), 4(2): 92-95. (http://fmipa.um.ac.id/index.php/karya-ilmiah-dosen/179-jurnal-pendidikaninovatif-jilid-4-nomor-2-maret-2009-hal-92-95.html), diakses tanggal 30 Maret 2017.
[1] Mahasiswa Pascasarjana Program Studi PGMI, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2019
[2] Ratih Rizqi Nirwana, “Peer And Self Assessment Sebagai Penilaian Autentik Dalam Kurikulum 2013” 5 (2013): 139–51.
[3] Efi Tri Astuti, “Problematika Implementasi Penilaian Autentik Kurikulum 2013 Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Isla DI SD Negeri Ploso 1 Pacitan” 1, no. 2 (2017): 18–41.
[4] Sessi Rewetty dan Raudatul Jannah, “Penilaian Autentik Kompeten Matematika Pada Pembelajaran Tematik Berdasarkan Kurikulum 2013 Di Kelas IV SDN Semangat Dalam 2 Tahun Pembelajaran 2013/2014” V (2015): 57–72.
[5] Di download https://komkat-kwi.org/2016/05/13/sistem-penilaian-pembelajaran-dalam-kurikulum-2013/ tangal 25/3/2020
[6] Wildan, Pelaksanaan Penilaian Autentik Aspek Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan di Sekolah atau Madrasah, (UIN Mataram: Journal Tatsqif, Jurnal Pemikiran dan Penelitian Pendidikan, 2017) hlm 146
[7] Overton, Terry. (2008). Assessing Learners with Special Needs: An Applied Approach (7th Edition). University of Texas - Brownsville
[8] Sa’dijah, C. (2009). Asesmen Kinerja dalam Pembelajaran Matematika. Jurnal Pendidikan Inovatif. (Online), 4(2): 92-95. (http://fmipa.um.ac.id/index.php/karya-ilmiah-dosen/179-jurnal-pendidikaninovatif-jilid-4-nomor-2-maret-2009-hal-92-95.html), diakses tanggal 30 Maret 2017.
[9] Heri Setiawan, Cholis Sa’dijah, Sa’dun Akbar. Pelaksanaan Asesmen Kompetensi Keterampilan di Sekolah Dasar, (Pascasarjana Universitas Negeri Malang: Jurnal, 2017) hlm 697
[10] Heri Setiawan, Cholis Sa’dijah, Sa’dun Akbar. Pelaksanaan Asesmen Kompetensi Keterampilan di Sekolah Dasar, (Pascasarjana Universitas Negeri Malang: Jurnal, 2017) hlm 697
[11] Heri Setiawan, Cholis Sa’dijah, Sa’dun Akbar. Pelaksanaan Asesmen Kompetensi Keterampilan di Sekolah Dasar, (Pascasarjana Universitas Negeri Malang: Jurnal, 2017) hlm 697
[12] Wildan, Pelaksanaan Penilaian Autentik Aspek Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan di Sekolah atau Madrasah, (UIN Mataram: Journal Tatsqif, Jurnal Pemikiran dan Penelitian Pendidikan, 2017)