BUKIT
TIONGKANDANG
KABUPATEN SANGGAU
(MISTIS, TREKKING MENANTANG,SURGA BORNEO)
|
aan.azlansyah |
Sanggau, Kalimantan Barat. Perjalanan saya ke daerah
hulu. Berhubung cuma punya waktu yang singkat untuk melepas kepenatan .Yang
mana,di kelilingi tugas kuliah,tugas rumah,dan belum lagi masalah –masalah
informal . Pas weekend yang singkat ,antara Sabtu dan Minggu saya menyempatkan
diri untuk berlibur atau trekking ke bukit tiongkandang.
Ini trip yang kedua kalinya aku pergi ke tempat ini.waktu
yang trip pertama ,cuaca sedang tidak bersahabat .Yang mana, kabut tebal
menutup puncak gunung ,sehingga kami tidak melihat apa –apa .Yang kami lihat
hanyalah pemandangan putih. Karena tujuan saya melepas kepenatan dan hanya
menikmati suasa angin gunung yang menyehatkan dan memperbaiki perasaan (yang
sedang sedih). Jadi, destinasi trip kali ini jatuh kepada Bukit Tiong Kandang,
Batang Tarang .Yang menurut saya
pemandangannya cukup menarik dan lagian saya ingin melihat viewnya.Karena trip
pertama yang gagal.
Bukit Tiong Kandang merupakan salah satu bukit
dengan ketinggian sekitar 900 mdpl terletak di Dusun Mangkit dan Dusun Mak
Ijing Kecamatan Balai Batang Tarang, Kabupaten Sanggau dengan jarak 83
kilometer dari Kota Sanggau atau sekitar 2 jam lebih dari Kota Pontianak .Hutan ini menurut kepala desa ,adalah hutan
yang di lindungi adat .Sehingga,tidak bisa di sentuh oleh tangan –tangan nakal
yang ingin menguasai untuk di jadikan pabrik.
Untuk menuju kawasan Tiong Kandang dapat mengunakan
dua jalur, pertama melalui Dusun Mangkit, Desa Temiang Mali dan yang kedua
melalui Dusun Mak Ijing, Desa Tae. Kami menggunakan jalur Dusun Mangkit ,Desa
temiang Mali karna,lebih dekat dan mendekati puncak .Jadi perjalan kami
menghemat tenaga.Dan memang jalur yang sering di pakai pendaki adalah jalur Dusun Mangkit ,Desa temiang Mali.
Waktu saya menanya kepada bapak –bapak yang mandi di
sungai ,kebutan saya juga mau menceburkan diri ke sungai.aku bertanya “Pak
semenjak kapan sih ,jalur jalan ini di buka ?”.”Oh sudah lamak dek,dari sebelom
saye lahir.Dan sudah dari jaman Belanda sudah ramai di kunjungi.Waktu saya
kecil pernah kami menyambut tamu –tamu dari luar negeri (orang bulr) dan ada
juga ingin meneliti flora dan fauna nya .Pokok nya sudah lama “ jawabnya..
Di Bukit Tiong Kandang ini kita tidak dianjurkan
untuk nge-camp atau menginap di puncak, karena bukit ini banyak menyimpan
misteri ,sudah dari dulu .Pernah suatu ketika aku bertanya kepada pemandu kami
“ Pak ngape di sine’ tak boleh nginap pak ? ,pak ngape banyak pantangan ee pak ?,pak ngape banyak ritual di
sini pak ? “ dan lain-lain .Bapaknya hanya menjawab “kalau kamu ingin tau
tempat di sini ,kamu harus memotong 1 ekor babi untuk di jadikan persembahan
“.aku terdiam saja .Ternyata benar kampung ini masih memegang adat dan tradisi
yang kuat . Jadi, karena kami tidak menginap di puncak kami berangkat sekitar
jam 3:00 subuh.
Perjalanan dimulai dari Pontianak (27/4) dengan
jumlah TIM kali ini sebanyak 6 orang, masing –masing beda kuliah ,beda profesi
dan beda kelas .hehehe.. kami berangkat pukul 20:00 malam dari ambawang kami
berkumpul di sana untuk menuju ke tempat tujuan .
Pas sampai di desa nya .kami banyak melewati
rintangan .mulai dari ban saya bocor,standar yang lepas ,dan jalan yang licin
dan berlupur .belum lagi jalan yang menanjak .Diharuskan kami turun dari motor
,sehingga bisa jalan dengan baik.sekitar pukul 23:30 kami sampai di Desa
temiang Mali.Awal nya kami bingung.Mau ijin kemana ? ,rumah warga dan kepala
desa tutup. Eh untungnya ada rombongan dari Tayan juga yang ingin mendaki subuh
itu. Jadi kami nginap di rumah kantor desa yang sudah di sediakan kepala desa.
Memang,setiap pendaki dari desa itu di beri fasilitas menginap di kantor desa
.Karena,tidak boleh diizinkan menginap di atas .Dan rombongan kami menginap di
situ.
Malam itu sangat ribut,yang membuat saya dan
sebagian teman –teman .Prilaku ini sebnar nya tidak boleh di contoh .Karena,
kita berada di lingkungan desa yang mana sedang tidur pulas di kamarnya dan
pagi-pagi penduduk harus beladang padi dan karet.
Karena mendaki gunung juga soal tata
krama,menjaga setiap perilaku diri kita sendiri agar nggak terjadi hal-hal yang
nggak diinginkan.
-Acen
Trisusanto
Setelah
istirahat,makan indomie , ada juga yang makan pop mie dan ngopi-ngopi sambil
prepare dan pemanasan sebentar, pukul 3 pagi (28/4), kami pun mulai perjalanan
menuju Puncak Bukit Tiong Kandang. Memasuki sawah –sawah yang terdengar aliran
airnya dan Memasuki hutan –hutan yang masih menyimpan pohon –pohon besar yang
sudah mendiami hutan tersebut .ada juga pohon durian ,pohon mengkawai,pohon
karet , ada juga pohon bambu ,dan masih banyak lagi. Dan hutan disini tak kalah
juga menyimpan flora dan fauna.Banyak terdengar suara kodok ,burung ,pacat,cacing,kelabang,semut
sembadak,dan cacing yang dapat menyala di malam hari .Yang kami rasakan berada
di malam tahun baru ,suara apapun terdengar pada malam itu .Ada bunyi seperti
suara terompet dan sesekali suara burung hantu yang mencekam. Tapi karena
ramai,kami memberanikan diri dan tidak sedikitpun rasa takut mengahantui.
Kami membawa headlamp atau sentar masing-masing dan
berjalan santai menyusuri jalan setapak yang jelas terlihat. Kami sebelumnya
sudah sepakat untuk tidak egois satu sama lainnya dan tetap menunggu jika teman
rombongan sedang capek dan ingin beristirahat.Lagian kami sudah tau jalan .Karena,sudah ada yang
pernah ke temapat ini ,yaitu saya.. hehehee
Sepanjang pendakian bukit Tiong Kandang, aku sangat
suka dengan teman –teman yang menghormati saya .ketika saya ingin sholat subuh
dan teman teman memberiku tali untuk memudahkan menarik badan saya yang agak
berisi ini hehehe.. dan saya paling suka seikap kedewasaan mereka .mereka tidak
ada yang begurau tak senonoh (kelewat batas) ternyata mereka menghormati alam
sekitar mereka.
ingat !! jikalau di hutan atitude tetap di jaga ,jangan sampai kecerobohan 1
orang melibatkan teman –teman satu tim.bisa berakibat fatal.
Di perjalanan kami menemukan guci dan piring di isi
oleh uang .Menurut warga sekitar,barang siapa yang meletakkan uang di piring
tersebut.Akan di kanbulkan hajatnya jika beruntung .warga sekitar menyebutnya pedagi.
Pedagi adalah sebutan bagi masyarakat
Mangkit dan masyarkat sekitar gunung, yang artinya ditengah-tengah gunung. Di
pedagi ini pula masyarakat di Dusun Mangkit selalu melakukan acara ritual adat.
Pedagi ini menurut wawancara kepada kepala desa adalah tempatnya jin –jin non
muslim berkumpul dan disini pusatnya .dan menjadi pemisah antara jin muslim dan
non muslim. Waktu warga datang di temapat ini .Warga akan melaksanakan ritual
menurut kepercayaan mereka dan meminta hajat dari tempat tersebut.
Di perjalan juga ,kami menemukan sebuah bongkahan
batu besar yang di diami kelelelawar .batu ini agak sedikit berbentuk gua
,sehingga banyak di diami flora dan fauna
.termasuk kelelelawar dan lumut .batu ini menurut warga setempat bernama
Batu terjepit karena batu ini
berbentuk menyatu .tetapi, ada celah yang bisa di masuki badan manusia yang
kurus. Konon temapat ini,berkaitan dengan
kerajaan Tayan .menurut kepala desa tempat ini di diami jin muslim .Yang
mana,batasnya adalah batu pedagi
tersebut. mengapa berhubungan dengan kerjaan
Tayan ? karena, menurut kakek tua yang saya wawancarai yang di sungai tadi
adalah,tempat ini sering di datangi raja dan anaknya. Beliau hanya menjelaskan
tersebut.karena privasi..
Setalah melakukan perjalan yang melelahkan ,kami
sampai juga ke puncak yang di tumbuhi lumut dan ada dataran untuk baring dan
bersantai di atas .tepat pukul 6 :00 kami sampai di puncak .Di suguhi sunrise
yang indah seperti suga dunia. Dan awan yang seakan –akan membuat sang penikmat berada di atas awan .langit biru dan
matahari bersinar cerah, menghapus dahaga kami akan sinar matahari selama
pendakian ini. Kami menghabiskan waktu sekitar 3 jam di atas sebelum kembali
turun ke bawah.
Kulepas pakaian untuk merasakan hawa yang
menyejukkan sampai ke hati .benar –benar nikamat saat itu .ku hidangkan segelas
kopi dan roti sambil membentangkan matras yang di bawa. Oh sungguh nikmat...
Tamat.soo.. kapan ke TIONGKANDANG ? J
salam lestari dari Aan.Azlansyah